Kamis, 06 Maret 2014

Terpulang pada Sudut Pandang Masing-masing

Pak Waluyo namanya. Dia seorang distributor koran. Setiap pagi, pk 03.00, dia harus sudah menjemput koran yang diantar ke jalan raya Jatiwaringin. Begitu bubaran shalat Subuh, pak Waluyo berangkat mengantarkan koran-koran ke para langganan.

Langganannya yang paling jauh di kawasan UKI. Di hari-hari kerja, pak Waluyo pulang sekitar pukul sepuluh pagi. Di hari Sabtu dan Minggu, dia pulang antara pukul 09.00. Karena di dua hari ini, koran-koran yang biasanya diantar ke instansi-instansi, diminta untuk diantar pada hari Senin. Begitu ceritanya.

Selepas mengantar koran, pak Waluyo bebas kerja. Waktunya luang. Dia baru mulai ‘beraksi’ kembali pagi pukul 03.00, esoknya. Begitu seterusnya rutinitas pak Waluyo.

Bagi yang bekerja di kantor, masuk pukul 08.00 dan pulang pukul 16.00 atau masuk pukul 09.00 dan pulang pukul 17.00, mungkin menilai enak sekali kerjanya pak Waluyo. Selepas pukul 10.00, sudah bebas tugas.

Coba tanya pak Waluyo. Mungkin pak Waluyo akan mengatakan bahwa mereka yang bekerja dari pukul 09.00 sampai pukul 17.00 lebih beruntung darinya.

Sebab di saat orang-orang lain sedang tidur pulas, dia tidak boleh bermalas-malas. Dia harus bergegas-gegas dan sudah harus siap menjemput koran pukul 03.00 pagi. Itu berarti dia harus tidur lebih cepat dibanding mereka yang bekerja di kantor. Di waktu yang bersamaan, orang-orang kantoran dapat menikmati acara-acara televisi.

Di saat orang-orang lain masih asik bersilaturrahmi dan bercengkrama di kampung halaman di saat liburan Lebaran, dia harus mempersingkat waktu pulang kampungnya, karena tugas sudah menanti. Sebab biasanya, koran sudah terbit kembali lebih cepat dari waktu cuti lebaran para karyawan.

Jadi pilih yang mana? Semuanya terpulang kepada sudut pandang masing-masing.

Sebenarnya masing-masing bisa berpikir dari sisi positifnya. Pak Waluyo bisa berpikiran bahwa dengan bekerja sebagai distributor koran, dia mungkin bisa tiap hari shalat Tahajud. Pasalnya, dia harus bangun lebih cepat dari orang-orang kebanyakan.Selain itu, dia banyak memiliki waktu luang selepas mengantar koran.

Sementara sisi positif mereka yang bekerja di kantor, juga tetap ada. Mereka dapat menikmati liburan di hari Minggu dan Sabtu. Mereka dapat menikmati liburan lebaran dengan pulang kampung dalam waktu yang cukup lama.

Intinya syukuri yang ada dan jauhi iri hati dan dengki. Bersyukur bukan berarti menghambat seseorang untuk lebih maju. Karena bersyukur dan qanaah membuat jiwa menjadi lebih tenang dan tentram, sehingga menjadi siap untuk lebih maju.
TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar