Pak Waluyo namanya. Dia seorang distributor koran. Setiap pagi, pk
03.00, dia harus sudah menjemput koran yang diantar ke jalan raya
Jatiwaringin. Begitu bubaran shalat Subuh, pak Waluyo berangkat
mengantarkan koran-koran ke para langganan.
Langganannya
yang paling jauh di kawasan UKI. Di hari-hari kerja, pak Waluyo pulang
sekitar pukul sepuluh pagi. Di hari Sabtu dan Minggu, dia pulang antara
pukul 09.00. Karena di dua hari ini, koran-koran yang biasanya diantar
ke instansi-instansi, diminta untuk diantar pada hari Senin. Begitu
ceritanya.
Selepas mengantar koran, pak Waluyo bebas
kerja. Waktunya luang. Dia baru mulai ‘beraksi’ kembali pagi pukul
03.00, esoknya. Begitu seterusnya rutinitas pak Waluyo.
Bagi
yang bekerja di kantor, masuk pukul 08.00 dan pulang pukul 16.00 atau
masuk pukul 09.00 dan pulang pukul 17.00, mungkin menilai enak sekali
kerjanya pak Waluyo. Selepas pukul 10.00, sudah bebas tugas.
Coba
tanya pak Waluyo. Mungkin pak Waluyo akan mengatakan bahwa mereka yang
bekerja dari pukul 09.00 sampai pukul 17.00 lebih beruntung darinya.
Sebab
di saat orang-orang lain sedang tidur pulas, dia tidak boleh
bermalas-malas. Dia harus bergegas-gegas dan sudah harus siap menjemput
koran pukul 03.00 pagi. Itu berarti dia harus tidur lebih cepat
dibanding mereka yang bekerja di kantor. Di waktu yang bersamaan,
orang-orang kantoran dapat menikmati acara-acara televisi.
Di
saat orang-orang lain masih asik bersilaturrahmi dan bercengkrama di
kampung halaman di saat liburan Lebaran, dia harus mempersingkat waktu
pulang kampungnya, karena tugas sudah menanti. Sebab biasanya, koran
sudah terbit kembali lebih cepat dari waktu cuti lebaran para karyawan.
Jadi pilih yang mana? Semuanya terpulang kepada sudut pandang masing-masing.
Sebenarnya
masing-masing bisa berpikir dari sisi positifnya. Pak Waluyo bisa
berpikiran bahwa dengan bekerja sebagai distributor koran, dia mungkin
bisa tiap hari shalat Tahajud. Pasalnya, dia harus bangun lebih cepat
dari orang-orang kebanyakan.Selain itu, dia banyak memiliki waktu luang
selepas mengantar koran.
Sementara sisi positif mereka
yang bekerja di kantor, juga tetap ada. Mereka dapat menikmati liburan
di hari Minggu dan Sabtu. Mereka dapat menikmati liburan lebaran dengan
pulang kampung dalam waktu yang cukup lama.
Intinya
syukuri yang ada dan jauhi iri hati dan dengki. Bersyukur bukan berarti
menghambat seseorang untuk lebih maju. Karena bersyukur dan qanaah
membuat jiwa menjadi lebih tenang dan tentram, sehingga menjadi siap
untuk lebih maju.
TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN
FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar