Teman, ceritakanlah prestasimu pada siapa pun! Tentu itu akan menjadi
pelajaran bagi siapa saja yang mau mengambil pelajaran. Karena engkau
bisa bercerita bagaimana engkau merangkak, menanjak sampai ke puncak.
Kawan,
berbagilah pada siapa saja! Bagaimana engkau menyelesaikan permasalahan
pelik yang pernah membelitmu dan mencekikmu? Barangkali ada orang-orang
di luar sana yang sedang membutuhkan solusi karena menghadapi
permasalahan yang pernah engkau hadapi.
Tidak ada
salahnya, engkau bercerita tentang prestasimu. Bukankah Allah juga
pernah menggugah kita untuk menceritakan kepada orang lain, berbagai
nikmat dari-Nya.
Allah berfirman, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu
maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya/menceritakannya (dengan
bersyukur).” (QS Adh-Dhuha (93):11)
Menceritakan nikmat
Allah, menjadikan kita selalu menyebut-nyebut kekuasaan Allah, kemurahan
Allah dan berbagai pujian lainnya kepada Allah.
Tidak
mengapa, engkau berbagi tentang keberhasilanmu mengatasi berbagai
permasalahan yang pelik. Kalau tidak mau dikatakan pelit, berbagilah.
Bukankah Allah juga seringkali meminta kita untuk mengingat-ingat nikmat
Allah. Salah satunya terdapat dalam firman Allah swt, “dan ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.” (QS Ali Imran
(3):103)
Mengingat-ingat nikmat Allah membuat diri ini
kembali teringat pada masa sebelum memperoleh nikmat. Bagaimana
susahnya, ketika malang melintang, di saat bingung tujuh keliling,
manakala semua jalan terlihat buntu. Di saat itulah diri ini kembali
kepada Allah, memohon kepada Allah, menyerahkan semua permasalahan
kepada Allah.
Permasalahan yang sebelumnya dianggap buntu,
ternyata menjadi mudah seperti membalikkan telapak tangan. Semuanya
menjadi mungkin bagi Allah. Allah tinggal mengatakan Kun, maka jadilah!
Menyadari hal ini membuat diri tersadar dan mendorong untuk bersyukur
pada-Nya.
Mengingat-ingat nikmat Allah menjadikan diri
sadar bahwa Allah memberikan nikmat-Nya kepada kita melalui orang-orang
tertentu. Ada orang-orang baik yang turut berjasa pada kita.
Mengingat
kebaikan orang lain, membuat kita ingin selalu menceritakan
kebaikan-kebaiakannya. Sehingga kita terhindar dari membicarakan dan
menceritakan keburukan atau aib seseorang.
Selama
menceritakan kepada orang lain itu tidak membuat diri ini sombong atau
bertepuk dada, tidak menjadi masalah menceritakan hal di atas semua.
Dalam
buku Romantika Yusuf, karya ust. Amru Khalid pernah memberikan
penjelasan terkait dengan ayat, “(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada
ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas
bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." Ayahnya
berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada
saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu.
Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS Yusuf
(12): 4-5)
Ust. Amru Khalid menjelaskan mengapa nabi
Ya’qub as (ayah dari nabi Yusuf as) melarang putranya untuk menceritakan
mimpinya? Amru Khalid mengatakan bahwa tidak semua berita baik harus
diceritakan kepada orang lain, diantaranya terhadap orang-orang yang
dikenal memiliki sifat iri hati dan dengki.
Semoga ada manfaatnya...
TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN
FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar