Kamis, 06 Maret 2014

Ceritakanlah Prestasi dan Keberhasilanmu, Asal...

Teman, ceritakanlah prestasimu pada siapa pun! Tentu itu akan menjadi pelajaran bagi siapa saja yang mau mengambil pelajaran. Karena engkau bisa bercerita bagaimana engkau merangkak, menanjak sampai ke puncak.

Kawan, berbagilah pada siapa saja! Bagaimana engkau menyelesaikan permasalahan pelik yang pernah membelitmu dan mencekikmu? Barangkali ada orang-orang di luar sana yang sedang membutuhkan solusi karena menghadapi permasalahan yang pernah engkau hadapi.  

Tidak ada salahnya, engkau bercerita tentang prestasimu. Bukankah Allah juga pernah menggugah kita untuk menceritakan kepada orang lain, berbagai nikmat dari-Nya.
Allah berfirman, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya/menceritakannya (dengan bersyukur).” (QS Adh-Dhuha (93):11)

Menceritakan nikmat Allah, menjadikan kita selalu menyebut-nyebut kekuasaan Allah, kemurahan Allah dan berbagai pujian lainnya kepada Allah.

Tidak mengapa, engkau berbagi tentang keberhasilanmu mengatasi berbagai permasalahan yang pelik. Kalau tidak mau dikatakan pelit, berbagilah. Bukankah Allah juga seringkali meminta kita untuk mengingat-ingat nikmat Allah. Salah satunya terdapat dalam firman Allah swt, “dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.” (QS Ali Imran (3):103)

Mengingat-ingat nikmat Allah membuat diri ini kembali teringat pada masa sebelum memperoleh nikmat. Bagaimana susahnya, ketika malang melintang, di saat bingung tujuh keliling, manakala semua jalan terlihat buntu. Di saat itulah diri ini kembali kepada Allah, memohon kepada Allah, menyerahkan semua permasalahan kepada Allah.

Permasalahan yang sebelumnya dianggap buntu, ternyata menjadi mudah seperti membalikkan telapak tangan. Semuanya menjadi mungkin bagi Allah. Allah tinggal mengatakan Kun, maka jadilah! Menyadari hal ini membuat diri tersadar dan mendorong untuk bersyukur pada-Nya.

Mengingat-ingat nikmat Allah menjadikan diri sadar bahwa Allah memberikan nikmat-Nya kepada kita melalui orang-orang tertentu. Ada orang-orang baik yang turut berjasa pada kita.

Mengingat kebaikan orang lain, membuat kita ingin selalu menceritakan kebaikan-kebaiakannya. Sehingga kita terhindar dari membicarakan dan menceritakan keburukan atau aib seseorang.

Selama menceritakan kepada orang lain itu tidak membuat diri ini sombong atau bertepuk dada, tidak menjadi masalah menceritakan hal di atas semua.

Dalam buku Romantika Yusuf, karya ust. Amru Khalid pernah memberikan penjelasan terkait dengan ayat, “(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS Yusuf (12): 4-5)

Ust. Amru Khalid menjelaskan mengapa nabi Ya’qub as (ayah dari nabi Yusuf as) melarang putranya untuk menceritakan mimpinya? Amru Khalid mengatakan bahwa tidak semua berita baik harus diceritakan kepada orang lain, diantaranya terhadap orang-orang yang dikenal memiliki sifat iri hati dan dengki.
Semoga ada manfaatnya...
TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH


Tidak ada komentar:

Posting Komentar