“Kaki Delisa? Kaki Delisa mana?”
“Kaki Delisa terbawa air?”
“Kaki yang satunya bisa digerakkan!”
Itulah ungkapan Delisa dalam Hafalan Shalat Delisa. Ungkapan sarat makna dari seorang anak kecil.
Ketika dia mengetahui bahwa kaki kanannya tidak ada, dia hanya sedikit kaget, matanya agak terbelalak dan dia menelanludah. Itulah yang digambarkan dalam film Delisa. Dia hanya mengucapkan, “KakiDelisa? Kaki Delisa mana?”
“Kaki Delisa terbawa air?”
Dia tidak berteriak histeris dan bahkantidak menangis sama sekali.
Di saat dia mengetahui bahwa kaki kirinyamasih bisa digerakkan, dia berujar, “Kaki yang satunya bisa digerakkan!”
Setelah menyadari bahwa kaki kirinya masihutuh dan normal bisa digerakkan, dia sudah lupa dengan kaki kanannya ‘yangterbawa air’.
Saya tidak tahu apakah kisah Delisa yangditulis oleh Tere Liye ini merupakan kisah nyata atau tidak. Akan tetapi biarbagaimana pun, andaikan itu hanya sebuah kisah fiksi, tapi pesan yang disampaikandalam kisah ini teramat dalam.
Ada sebuah kisah lain yang memiliki pesan yangserupa.
Ada seorang sahabat Ibnu Abbas ra yangbernama Abu Qalabah al-Jurmiy. Abu Qalabah adalah seorang pria tanpa tangan dankaki. Selain itu, dia juga tuli, buta dan seluruh anggota tubuh lainnya tidakberfungsi secara normal. Hanya mulutnya saja yang dapat berfungsi secaranormal.
Suatu ketika, Abdullah bin Muhammadmendengar Abu Qalabah berujar, “Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku jalan untuk selalumemuji-Mu sebagai ungkapan rasa syukurku atas segala nikmat dan karunia yangtelah Engkau limpahkan kepadaku.”
Seseorang yang tidak memiliki tangan dankaki, lalu dia juga tuli, buta dan seluruh anggota tubuh lainnya tidakberfungsi dapat berdoa seperti ini. Mungkin orang yang mendengar akan terkejut.Terkejut pada ungkapan, “sebagai ungkapan rasa syukurku atas segala nikmat dankarunia yang telah Engkau limpahkan kepadaku.” Bisa jadi orang itu akanbertanya, “Nikmat apa yang dia telah terima?”
Abdullah bin Muhammad adalah orang yangmendengar doa dari Abu Qalabah ini. Dia pun merasa heran dan bertanya, “Akubaru saja mendengar doamu tadi. Tapi, yang membuatku heran adalah nikmat apakahyang telah dianugerahkan Allah kepadamu hingga engkau harus memuji-Nya? Anugerahapa pula yang engkau hendak bersyukur kepada-Nya?”
Abu Qalabah menjawab, “Memangnya ada yanganeh dengan apa yang diperbuat oleh Tuhanku? Sungguh meskipun Allah mengutuslangit agar menurunkan sebuah bara api untuk membakarku, memerintahkan gununguntuk membinasakanku, menyuruh lautan untuk menenggelamkanku dan menyuruh bumiuntuk menelanku, niscaya aku akan semakin menambah rasa syukurku kepada-Nya,atas nikmat yang telah diberikan-Nya kepadaku, yaitu mulutku ini.” (dikutipdari buku Lilin Yang Tak Pernah Padam)
Sebenarnya ada satu nikmat lagi yangdimiliki Abu Qalabah selain mulutnya. Yaitu dia bisa berkomunikasi dengan orang lain, walautelinganya tuli dan matanya buta.
Coba bayangkan.. bagaimana orang bisamendengar percakapan atau ucapan orang lain, kalau dia tuli. Mungkin orang akanmenjawab, bisa dengan bahasa isyarat tangan. Bisa juga, dia membaca dari mulutorang yang berbicara. Tapi bagaimana mungkin dia dapat melihat isyarat tangan,bagaimana bisa dia membaca mulut orang lain, kalau dia buta?
Tapi itulah yang tertulis dalam buku.Kekurangan dan cobaan yang diterimanya dijadikan sarana untuk mengumpulkanpundi-pundi keutamaan demi ridha Allah.
Delisa dan Abu Qalabah telah mencontohkansikap sabar. Dan hal ini membuat mereka menjadi sosok yang bersyukur. Karena merekatidak lagi memikirkan, memberatkan hati dan pikiran dengan bencana, musibah ataucobaan yang menimpa. Akan tetapi mereka terima dengan ikhlas dan lapang dadamusibah dan cobaan yang menimpa.
Kondisi inilah yang membuat mata terbukadan dapat melihat karunia dan nikmat Allah yang lain, yang jumlahnya lebihbanyak dari musibah yang menimpanya.
Semoga saudara-saudara kita yang ditimpamusibah banjir, tanah longsor dan letusan gunung merapi dapat bersabar. Dapatmenerima semuanya ini dengan lapang dada dan ikhlas, sehingga membuat merekadapat bersyukur.
Sehingga mereka yang terendam banjir akandapat melihat nikmat Allah yang lain, yang jumlahnya lebih banyak dari musibahyang menimpanya. Mereka akan bersyukur karena masih dapat menghirup udara.Mereka bersyukur dapat tinggal di penampungan dan rumahnya masih ada. Merekainsya Allah akan bersyukur ternyata banjir yang menimpa mereka tidak sedahsyatbanjir yang menimpa kaum nabi Nuh.
Semoga bermanfaat...
“Kaki Delisa terbawa air?”
“Kaki yang satunya bisa digerakkan!”
Itulah ungkapan Delisa dalam Hafalan Shalat Delisa. Ungkapan sarat makna dari seorang anak kecil.
Ketika dia mengetahui bahwa kaki kanannya tidak ada, dia hanya sedikit kaget, matanya agak terbelalak dan dia menelanludah. Itulah yang digambarkan dalam film Delisa. Dia hanya mengucapkan, “KakiDelisa? Kaki Delisa mana?”
“Kaki Delisa terbawa air?”
Dia tidak berteriak histeris dan bahkantidak menangis sama sekali.
Di saat dia mengetahui bahwa kaki kirinyamasih bisa digerakkan, dia berujar, “Kaki yang satunya bisa digerakkan!”
Setelah menyadari bahwa kaki kirinya masihutuh dan normal bisa digerakkan, dia sudah lupa dengan kaki kanannya ‘yangterbawa air’.
Saya tidak tahu apakah kisah Delisa yangditulis oleh Tere Liye ini merupakan kisah nyata atau tidak. Akan tetapi biarbagaimana pun, andaikan itu hanya sebuah kisah fiksi, tapi pesan yang disampaikandalam kisah ini teramat dalam.
Ada sebuah kisah lain yang memiliki pesan yangserupa.
Ada seorang sahabat Ibnu Abbas ra yangbernama Abu Qalabah al-Jurmiy. Abu Qalabah adalah seorang pria tanpa tangan dankaki. Selain itu, dia juga tuli, buta dan seluruh anggota tubuh lainnya tidakberfungsi secara normal. Hanya mulutnya saja yang dapat berfungsi secaranormal.
Suatu ketika, Abdullah bin Muhammadmendengar Abu Qalabah berujar, “Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku jalan untuk selalumemuji-Mu sebagai ungkapan rasa syukurku atas segala nikmat dan karunia yangtelah Engkau limpahkan kepadaku.”
Seseorang yang tidak memiliki tangan dankaki, lalu dia juga tuli, buta dan seluruh anggota tubuh lainnya tidakberfungsi dapat berdoa seperti ini. Mungkin orang yang mendengar akan terkejut.Terkejut pada ungkapan, “sebagai ungkapan rasa syukurku atas segala nikmat dankarunia yang telah Engkau limpahkan kepadaku.” Bisa jadi orang itu akanbertanya, “Nikmat apa yang dia telah terima?”
Abdullah bin Muhammad adalah orang yangmendengar doa dari Abu Qalabah ini. Dia pun merasa heran dan bertanya, “Akubaru saja mendengar doamu tadi. Tapi, yang membuatku heran adalah nikmat apakahyang telah dianugerahkan Allah kepadamu hingga engkau harus memuji-Nya? Anugerahapa pula yang engkau hendak bersyukur kepada-Nya?”
Abu Qalabah menjawab, “Memangnya ada yanganeh dengan apa yang diperbuat oleh Tuhanku? Sungguh meskipun Allah mengutuslangit agar menurunkan sebuah bara api untuk membakarku, memerintahkan gununguntuk membinasakanku, menyuruh lautan untuk menenggelamkanku dan menyuruh bumiuntuk menelanku, niscaya aku akan semakin menambah rasa syukurku kepada-Nya,atas nikmat yang telah diberikan-Nya kepadaku, yaitu mulutku ini.” (dikutipdari buku Lilin Yang Tak Pernah Padam)
Sebenarnya ada satu nikmat lagi yangdimiliki Abu Qalabah selain mulutnya. Yaitu dia bisa berkomunikasi dengan orang lain, walautelinganya tuli dan matanya buta.
Coba bayangkan.. bagaimana orang bisamendengar percakapan atau ucapan orang lain, kalau dia tuli. Mungkin orang akanmenjawab, bisa dengan bahasa isyarat tangan. Bisa juga, dia membaca dari mulutorang yang berbicara. Tapi bagaimana mungkin dia dapat melihat isyarat tangan,bagaimana bisa dia membaca mulut orang lain, kalau dia buta?
Tapi itulah yang tertulis dalam buku.Kekurangan dan cobaan yang diterimanya dijadikan sarana untuk mengumpulkanpundi-pundi keutamaan demi ridha Allah.
Delisa dan Abu Qalabah telah mencontohkansikap sabar. Dan hal ini membuat mereka menjadi sosok yang bersyukur. Karena merekatidak lagi memikirkan, memberatkan hati dan pikiran dengan bencana, musibah ataucobaan yang menimpa. Akan tetapi mereka terima dengan ikhlas dan lapang dadamusibah dan cobaan yang menimpa.
Kondisi inilah yang membuat mata terbukadan dapat melihat karunia dan nikmat Allah yang lain, yang jumlahnya lebihbanyak dari musibah yang menimpanya.
Semoga saudara-saudara kita yang ditimpamusibah banjir, tanah longsor dan letusan gunung merapi dapat bersabar. Dapatmenerima semuanya ini dengan lapang dada dan ikhlas, sehingga membuat merekadapat bersyukur.
Sehingga mereka yang terendam banjir akandapat melihat nikmat Allah yang lain, yang jumlahnya lebih banyak dari musibahyang menimpanya. Mereka akan bersyukur karena masih dapat menghirup udara.Mereka bersyukur dapat tinggal di penampungan dan rumahnya masih ada. Merekainsya Allah akan bersyukur ternyata banjir yang menimpa mereka tidak sedahsyatbanjir yang menimpa kaum nabi Nuh.
Semoga bermanfaat...
TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN
FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar