Jumat, 21 Maret 2014

PERBEDAAN ITU INDAH, HARMONIS DAN MENYELAMATKAN, JIKA...



Menjelang tengah hari Sabtu (22/9), saya dan Ahmad Yani sampai di rumah Anita Ratnasari. Di sanalah, kami alumni SD Trisula berkumpul untuk mengadakan acara halal bi halal.
Dalam acara itu ada sambutan dari guru Angklung kami, pak Obby. Memang, setiap seminggu sekali, kami berlatih bermain angklung. Tiga kelas digabung menjadi satu untuk berlatih angklung. Kelas yang biasanya menampung 22 orang digunakan untuk menampung 66 orang.
Masing-masing kami memiliki tugas. Ada yang memegang bas betot. Ada yang memegang angklung yang khusus ketukan. Sedangkan yang lain angklung yang digetarkan.
Berikut sambutan dari pak Obby,
“Saya banyak belajar dari angklung. Diantara kalian dulu ada yang memegang angklung dengan nada do, ada yang memegang nada re, mi, fa, sol, la, si dan seterusnya. Masing-masing kalian berbeda, tapi begitu kalian memainkan perannya masing-masing, maka jadilah sebuah lagu yang indah. Coba bayangkan jika kalian semuanya memegang angklung dengan nada do saja. Apakah akan terdengar sebuah lagu yang indah? Perbedaan itu bisa mewujudkan keindahan. Berbeda dengan sekarang, perbedaan menjadi ajang untuk bergontok-gontokkan,” jelas pak Obby
Perebutan lahan parkir yang berujung adu jotos. Adu argumen di gedung wakil rakyat yang menuai bantah-bantahan hingga naik darah. Demikian pula dengan tawuran yang sekarang kembali marak di ibu kota. Semuanya berasal dari hal sepele, semuanya karena tidak dapat menyikapi perbedaan.
Padahal perbedaan jika disikapi dengan benar akan melahirkan keindahan dan bukan yang menyeramkan. Bukan sesuatu yang menyeramkan ketika kita melihat anak-anak generasi muda sedang tawuran.
Perbedaan bisa menimbulkan keharmonisan sesama, tolong menolong dan dapat menyelamatkan kita semua dari bencana.
Di dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda, "Perumpamaan orang yang menjaga dan menerapkan peraturan Allah seperti kelompok penumpang kapal yang mengundi tempat duduk mereka. Sebagian mereka mendapat tempat di bagian atas, dan sebagian yang lain di bagian bawah. Penumpang bagian bawah, jika mereka membutuhkan air, maka harus berjalan melewati bagian atas kapal. Maka merekapun berujar, ":Bagaimana jika kami lobangi saja bagian bawah kapal ini (untuk mendapat air), toh hal itu tidak menyakiti orang yang berada di bagian atas." Jika kalian biarkan mereka berbuat menurut keinginan mereka itu, maka binasalah mereka dan seluruh penumpang kapal itu. Tetapi jika kalian cegah mereka, maka selamatlah mereka dan seluruh penumpang yang lain."
Ada penumpang yang mendapat tempat di bagian atas, ada juga yang memperoleh tempat di bagian bawah. Bagian atas (kelas Vip) memiliki fasilitas serba ada. Sedangkan bagian bawah (kelas kambing), jika membutuhkan air saja, harus berjalan dulu ke bagian atas (kelas Vip).
Coba bayangkan, bila penumpang kelas kambing, berpikir pendek. Lalu mereka mengambil air dengan cara melubangi kapal? Apa yang akan terjadi? Bagaimana jadinya bila para penumpang kelas Vip tidak peduli dengan para penumpang kelas kambing. Karena mereka merasa berbeda dengan penumpang kelas kambing. Mereka berhak memperoleh segala sesuatu sesuai dengan bayaran mereka yang tinggi?
Bagaimana bila para penumpang kelas VIP berpikiran bahwa apa yang diperoleh penumpang kelas kambing merupakan sesuatu yang wajar? Ya sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.  Sehingga penumpang kelas VIP tidak perlu peduli dengan penumpang kelas kambing.
Jika sikap ini dipertahankan, tentu bencana yang akan datang. Bencana datang, ketika penumpang kelas kambing berpikiran pendek. Mereka melubangi kapal hanya karena membutuhkan air. Sikap ketidakpedulian akan menimbulkan bencana secara umum.
Sebaliknya jika ada sikap saling peduli, tolong menolong, mau tahu dengan kesulitan orang, tentu keselamatan bersama yang diperoleh


TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar