Jumat, 21 Maret 2014

BAYANGKAN, BILA DERMAWAN ITU KITA

Saya menyesalkan kejadian ini bisa terjadi. Di saat adzan Ashar berkumandang di masjid-masjid lain, masjid besar yang saya kunjungi tak terdengar sepotong pun kumandang adzan.

“Di sini, udah adzan dik?” tanya saya pada seorang pramuka, kira-kira berusia antara 10-12 tahun
“Belum, masjidnya aja masih dikunci.” Jawabnya
“Masjid sebesar ini, tidak ada kumandang adzan Ashar? Tidak ada jamaah dari lingkungan sekitar yang datang ke masjid ini?”

Saya dan beberapa orang pramuka shalat di selasar masjid. Sampai usai menunaikan shalat, tidak ada sepotong hidung pun masyarakat sekitar yang berkunjung ke masjid itu.

Yang ada hanya para pramuka, yang itu berarti berasal dari luar lingkungan tersebut. Selain mereka juga ada dua orang pengendara motor yang diperkirakan juga bukan dari lingkungan sekitar.

Saya menyesalkan kondisi ini. Mungkin para dermawan yang ikut menyumbangkan hartanya untuk pembangunan masjid ini, saya yakin akan lebih menyesalkan kondisi ini. Terlebih lagi para dermawan yang telah tiada. Karena amal jariah dari shadaqah yang disumbangkannya tidak mengalir dengan deras lagi, seiring kurang dimanfaatkannya masjid itu.

Bekal orang yang telah wafat adalah amal shalih dan 3 amalan yang pahalanya terus mengalir. Anak yang shalih, ilmu yang bermanfaat dan shadaqah jariah.

Jika amal shalih tidak banyak, tentu yang diandalkan hanyalah anak yang shalih, ilmu yang bermanfaat dan shadaqah jariahnya. Kasihan sekali para dermawan penyumbang masjid itu. Terlebih mereka yang telah tiada. Bayangkan bila para dermawan itu adalah kita dan kita telah wafat. Tentu kita akan menyesalkan kejadian itu terjadi.

Bukankah mayoritas orang Indonesia adalah beragama Islam? Kemanakah mereka? Tidak tahukah mereka bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Orang yang kehilangan shalat Ashar seolah-olah kehilangan keluarga dan hartanya.” (HR Nasaa’i)


TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar