Jumat, 21 Maret 2014

MENUNGGU = WAKTU LUANGMU

Menunggu adalah perbuatan yang amat mengesalkan dan menuntut kesabaran. Bayangkan saja, kita sedang menunggu kendaraan umum untuk pulang. Keputusan menunggu harus diambil, karena sudah larut malam dan hanya itu kendaraan yang masih tersisa. Alasan kedua, karena tidak memiliki ongkos lebih untuk naik taksi.

Mau tidak mau harus menunggu. Waktu terus bergulir. Lima belas menit berlalu, bis kota belum juga tiba. Setengah jam disusul satu jam telah berlalu, tetap saja kendaraan itu tidak juga tiba.

Atau kita berjanji bertemu dengan seorang teman di sebuah tempat. Berjanji akan bertemu di pukul sepuluh pagi. Kita sampai di tempat menjelang pukul sepuluh.

Untuk menit-menit pertama, belum ada rasa kesal. Seperempat jam berlalu, masih ditolerir. Setengah jam berlalu, mulai timbul rasa gelisah. Tiga perempat jam berlalu, rasa kesal semakin tinggi naik ke ubun-ubun. Satu jam berlalu, rasa marah yang muncul.

Kita akan semakin kesal, manakala orang yang berjanji dengan kita tidak dapat dihubungi. Rasa marah akan semakin menjadi-jadi, bila pertemuan ini direncanakan dalam rangka menolong orang itu. Pendek kata untuk kepentingan orang yang berjanji dengan kita.

Kita juga akan semakin kesal pada orang yang ingkar janji, karena kita harus menunggunya sampai datang. Karena kehadirannya merupakan bagian dari tim. Kalau dia tidak datang, pertandingan tidak dapat dimulai.

Mungkin teman-teman pernah merasakan bete’ nya menunggu lama kedatangan orang yang berjanji dengan kita.

Tapi sadarkah teman-teman, makin lama menunggu itu berarti makin lama waktu luang yang tersedia untuk kita. Karena bisa jadi, kita tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan sesuatu yang penting, karena tidak adanya waktu luang.

Manfaatkanlah waktu menunggu itu, untuk melakukan hal-hal yang selama ini kita inginkan untuk melakukannya. Salah satunya adalah mengulang hafalan Al-Quran atau dengan kata lain muraja’ah. Mungkin kita tidak ada waktu untuk muraja’ah, karena kesibukan sekolah, kuliah atau bekerja. Nah, manfaatkanlah waktu menunggu itu untuk mengulang hafalan Al-Quran.

Bisa jadi, kita mempunyai target-target harian untuk menghafal atau mengulang hafalan Al-Quran. Kejarlah target itu! Semakin lama kita menunggu kedatangan orang yang berjanji dengan kita, maka semakin dekatlah target yang ingin kita tuju.

Jika seperti ini menunggu sesuatu yang menyenangkan. Karena hal-hal yang ingin kita lakukan, dapat dilakukan. Hal-hal yang menjadi target, dapat peluang untuk memperolehnya.

Bahkan Islam mengajarkan kita untuk memanfaatkan momen menunggu sebagai suatu amal shalih.
Imam Muslim meriwayatkan, “Tidaklah seseorang di antara kalian duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, melainkan para Malaikat akan mendo’akannya,  ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah (rahmatilah) ia.’” (Shahiih Muslim, kitab al-Masaajid wa Mawaadhi’ush Shalaah bab Fadhlu Shalaatil Jamaa’ah wa Intizhaarish Shalaah (I/460 no. 469 (276))

Oleh karenanya para sahabat Rasulullah termasuk orang-orang yang sering menunggu datangnya waktu shalat.
Imam Malik meriwayatkan bahwa Sahabat Rasulullah SAW yaitu Ibnu Umar ra tidur sambil duduk, tentu dengan duduk biasa. Kemudian ia bangun dan terus melaksanakan shalat tanpa wudlu lagi. Menurut Anas bin Malik, sahabat-sahabat Rasulullah SAW pun terkadang tidur sambil duduk sampai sekali-kali kepala mereka pun terkantuk-kantuk untuk menanti datangnya shalat isya'. Kemudian mereka melaksanakan shalat tanpa wudlu lagi.

"Adalah para Sahabat Rasulullah SAW menunggu shalat Isya' sampai kepala mereka terkantuk-kantuk kemudian mereka shalat dan tidak berwudlu lagi". (HR. Abu Dawud)

Masih banyak hal-hal lain yang dapat kita lakukan di saat kita menunggu. Jadikanlah waktu menunggu sebagai waktu luang kita. Sehingga menunggu adalah sesuatu yang menyenangkan. Wallahu’alam.


TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar