Jumat, 21 Maret 2014

BERCERMIN



Jum’at kemarin, seorang bapak tua shalat di sisi kiri saya. Kami sama-sama menunaikan shalat Jum’at. Hanya saja, bapak tua itu menunaikan shalat sambil duduk.

Di waktu menunaikan shalat itu, saya terpikir (ups! berarti saya gak khusyu’) dengan kondisi bapak tua itu. Kalau dia menunaikan shalat sambil duduk, berarti dia sudah tidak kuat lagi menunaikan shalat dalam kondisi berdiri.

Tapi walau dengan kemampuan yang tidak seperti muda dulu, bapak tua itu masih tetap menunaikan kewajiban shalat. Patut diacungkan jempol. Sampai sini, saya segera menepis lamunan yang singgah di saat shalat.

Usai menunaikan shalat, bacaan zikir rutinpun terucap. Tepat di depan saya, empat orang sedang berbaris. Masing-masing mereka memegang pundak temannya yang berada di depan. Hanya orang terdepan saja yang tidak memegang pundak temannya. Mereka semua para penyandang tuna netra.

Kata ustadz Maulana, kalau kita mengaca dengan cermin, maka cermin tidak akan berkata apa-apa. Kalau kita bercermin dengan menghadap ke seorang teman, dia bisa menunjukkan kepada kita apa saja yang kurang.

Melihat kedua sosok orang di atas, sebenarnya kita dapat juga bercermin. Orang tua itu seolah berkata, “Hey lihat saya! Walau sudah tua renta, saya tetap menunaikan kewajiban shalat. Bagaimana dengan Anda?”

Sementara para penyandang tuna netra seolah juga menyeru, “Hei orang-orang yang dapat melihat! Kami sulit untuk mencapai masjid ini. Perlu perjuangan untuk dapat sampai di sini. Entah berapa kali kaki kami terantuk batu. Tapi, kami tetap menunaikan kewajiban shalat! Bagaimana dengan Anda?”


TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar