Jumat, 21 Maret 2014

KEINGINAN

Rumah ini mau dijual. Papan pengumuman seperti ini, sering kita temukan. Apakah rumah ini benar-benar ikhlas bila dijual? Apakah ini memang kemauan rumah sendiri atau paksaan dari pemiliknya?

Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya tidak perlu dilontarkan. Karena tidak ada rumah yang memiliki keinginan atau kemauan. Semua orang tahu rumah adalah benda mati. Setiap benda mati tidak memiliki keinginan.

Sementara itu, wajar bila kita memiliki keinginan. Karena kita manusia. Kata orang, keinginan manusia tidak ada habisnya. Terkadang keinginan manusia itu melebihi kebutuhannya.

Mungkin inilah salah satu penyebab kemacetan yang terjadi di Jakarta. Karena merasa tidak puas dengan memiliki satu mobil, maka mobil kedua, ketiga, keempat mungkin sampai kesepuluh dibelinya. Masing-masing anggota keluarga berangkat dengan kendaraan masing-masing.

Karena keinginan, muncullah kasus korupsi. Kalau dilihat gaji, lebih dari cukup. Gaji yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh anggota keluarga. Tapi lagi-lagi karena keinginanlah, gaji yang ada dirasa tidak cukup.

Tapi..apakah keinginan itu selalu diartikan buruk? Kalau selalu diartikan buruk, tentu para sahabat Rasulullah saw tidak akan menyatakan keinginannya untuk kembali mati syahid, setelah memperoleh syahid.

Para sahabat ra juga berharap dan ingin bila seluruh bulan dalam setahun itu, adalah bulan Ramadhan. Karena mereka tahu betapa agungnya bulan Ramadhan itu. Bukankah ini keinginan?

Bahkan para sahabat ra yang mengikuti perang Badar memiliki keutamaan sendiri. Rasululloh bersabda, “Tidak akan masuk neraka orang yang ikut perang Badar dan perjanjian Hudaibiyyah.” (HR. Ahmad 14725 dengan sanad shohih, Lihat Ash Shohihah : 2160)

Para sahabat ra yang ikut serta perang Badar, memiliki keistimewaan sendiri. Mereka dijamin tidak akan masuk neraka. Namun, apakah kita pernah dengar mereka tidak semangat melakukan amal shalih? Atau berhenti menunaikan shalat fardhu, karena sudah dijamin tidak akan masuk neraka?

Sikap para sahabat yang senantiasa bersemangat melakukan amal shalih adalah wajar. Rasulullah yang telah mencontohkan mereka untuk tidak merasa puas dalam beramal shalih. Bukankah Rasulullah pernah ditegur karena kakinya bengkak, namun masih saja rajin menunaikan shalat malam?

Rasulullah juga mengizinkan untuk iri, hasad kepada dua orang. Yaitu orang yang dianugerahi harta yang banyak dan digunakan untuk kebaikan. Sedangkan yang kedua adalah iri kepada orang yang telah diberi ilmu oleh Allah, lalu orang itu untuk memutuskan perkara berdasarkan ilmunya. Kemudian dia mengajarkannya.

Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain." (HR. Muslim)

Bukankah iri juga merupakan salah satu bentuk keinginan?

Keinginan sebenarnya suatu ungkapan atau kata lain dari cita-cita? Dengan adanya cita-cita, bukankah jalan kehidupan kita menjadi lebih terarah? Kehidupan menjadi lebih terarah, dengan membuat tahapan-tahapan untuk mencapai cita-cita. Semua persiapan, segala sebab yang dapat menghantarkan sampai pada cita-cita, akan ditempuh.


TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar