Di tahap berikutnya, menara Pisa condong ke pemilik nama Erte Kacrut alias Kang Tef. Dari delapan calon ketua FLP Jakarta yang telah lolos penyaringan, Erte kita inilah yang paling banyak suaranya.
Siapa pun yang mengetahui jumlah perolehan suara yang dikumpulkan melalui email ini, akan memperkirakan kang Taufanlah yang akan kembali menduduki tampuk kekuasaannya di FLP Jakarta.
Tapi dugaan ini tidaklah seperti yang dibayangkan. Jalannya tidak mulus, ada polisi tidurnya.
Di hari H 15 Januari 2011, Musyawarah Cabang FLP Jakarta berlangsung. Di saat itulah angin berhembus tidak lagi mengarah ke kang Tef. Menara Pisa tidak lagi condong ke Erte Kacrut.
Ada suara lain yang berbunyi melawan arus, bahkan dapat mengubah arus. “Kalian ini memangnya takut dewasa yah?” Kalimat yang cukup provokatif.
Di lain kesempatan muncul kalimat yang lebih halus. Saking halusnya bagai sehelai benang di dalam tepung. Sulit membedakan mana benang yang sesungguhnya dan manakah gumpalan tepung yang menyerupai benang. “Taufan itu terlalu besar kalau hanya duduk di cabang Jakarta.”
Dua kalimat provokatif di atas cukup berpengaruh. Bagi anak-anak generasi baru, kalimat pertama cukup bisa merubah pendirian. Sedangkan mereka yang sudah cukup lama di FLP Jakarta, kalimat kedua bisa menjadi harapan.
Tidak cukup sampai di sana. Sang ‘provokator’ mengajukan beberapa nama calon selain kang Tef. Walau banyak nama yang diajukan, namun berujung pada Mak Erawati Heru Wardhani, yang tak lain dan tak bukan adalah istri dari kang Tef.
Suara ini disambut oleh yang lain. Turut menyuarakan agar mendukung mbak Era dan tidak mendukung kang Tef.
Tapi nampaknya pihak pendukung kang Tef tidak bisa terima begitu saja. Salah satunya 'putri' Erte Kacrut. Dia berkata,. “Kita ini belum dewasa. Masih remaja, masih labil, perlu bimbingan kang Tef. Sejak kang Tef menjabat menjadi ketua FLP Jakarta, komunikasi antar angkatan menjadi cair. Tidak ada ‘gap’ antar angkatan. Berbagai masalah yang muncul di FLP Jakarta tidak meluas dan dapat diredam.”
Kalau diperumpamakan dua pendekar yang sedang bertarung, ini benar-benar petarungan yang sengit. Pihak pendukung mba Era menyerang, ditangkis oleh pendukung kang Tef. Kini pendukung kang Tef balas menyerang.
Petarungan ini tidak menemui titik akhir. Hingga berpuluh-puluh mungkin beratus-ratus jurus telah dikeluarkan, namun belum juga terlihat, siapa pendekar pilih tanding yang menang.
Karena itulah diambil langkah voting. Semua peserta muscab memperoleh sepotong kertas resmi berstempel cabang kami. Di sana, mereka harus menuliskan siapa jagoan yang mereka pilih. Pilihannya hanya dua. Pilih emak (mb Era) atau babe (kang Tef) (minjam kata-kata mas Sudi Yanto).
Kertas pemilihan dikumpulkan dan penghitungan pun dimulai. Pada penghitungan awal. Suara kedua calon berimbang. Satu suara untuk kang Tef, diikuti oleh suara untuk mba Era. Setiap muncul suara untuk kang Tef yang disusul suara untuk mba Era, sering kali diiringi gemuruh sorak sorai dari para pendukung.
Bersama berjalannya waktu, suara dukungan untuk kang Tef terus menggelinding meninggalkan suara dukungan untuk mba Era. Akhirnya..kang Tef kembali terpilih menjadi ketua FLP Jakarta masa bakti 2011-2013
TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN
FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar