Kamis, 17 November 2011

SEORANG BADUI DAN MENTERI YANG PEDENGKI

SEORANG BADUI DAN MENTERI YANG PEDENGKI

       
Diceritakan bahwa ada seorang Arab badui masuk menemui Amirul Mukminin, Mu'tashim. Mu'tashim menjadikan laki-laki Badui itu sebagai kawan dekat dan teman minum, sehingga dia bisa masuk kediaman Mu'tashim tanpa izin. Mu'tashim memiliki seorang menteri yang dengki terhadap Arab Badui ini. Di dalam hatinya, dia berkata, "Jika saya tidak membunuh Badui ini, maka dia dapat mengambil hati Amirul Mukminin. Selanjutnya beliau akan menjauhi saya.”
Maka, menteri itu bersikap ramah pada badui tadi. Dia mengajak Badui itu untuk mampir ke rumahnya dan memasak makanan untuknya. Namun, makanan itu ditaburi bawang putih. Ketika Badui tersebut selesai makan, menteri itu berkata, "Hati-hati! Bila engkau duduk dekat dengan Amirul Mukminin. Sebab, jika dia mencium bau bawang putih dari mulutmu, dia akan merasa terganggu. Dia benci dengan bau bawang putih.”
        Kemudian menteri itu pergi menghadap Amirul Mukminin. Mereka berbicara empat mata. Menteri itu berkata, "Wahai Amirul Mukminin! Orang Arab Badui itu menceritakan tentang diri anda ke masyarakat luas. Anda dikatakan sebagai orang yang berbau mulut sangat tidak sedap, bahkan dia merasa sangat terganggu dengan bau mulut anda.”
        Ketika Arab Badui ini menemui Amirul Mukminin, dia menutup mulutnya dengan lengan bajunya, karena khawatir aroma bawang putih tercium oleh Amirul Mukminin. Berbeda dengan yang dipikirkan oleh Amirul Mukminin. Dia menyaksikan langsung bahwa Arab Badui ini menutup mulutnya. Dia berkata, "Berarti apa yang dikatakan oleh menteri saya itu benar adanya."
        Amirul Mukminin menulis sepucuk surat yang ditujukan pada gubernurnya. Di dalam surat itu tertulis, "Jika surat saya ini sampai padamu. Penggallah leher pembawa surat ini." Kemudian Amirul Mukminin memanggil Arab Badui itu dan menyerahkan surat itu padanya. Dia berkata, "Antarkan surat ini pada si fulan dan mintalah jawabannya."
        Si Arab Badui itu mematuhi perintah Amirul Mukminin. Dia terima surat itu dan berangkat untuk menunaikan tugas tersebut. Sesampainya di pintu keluar, dia bertemu dengan menteri pendengki tersebut. Menteri itu bertanya, "Mau kemana?"
        Arab Badui menjawab, "Saya akan mengantarkan surat Amirul Mukminin kepada gubernurnya, si fulan."
        Di dalam hatinya, menteri itu berkata, "Arab Badui ini akan memperoleh uang yang banyak, setelah menyerahkan surat tersebut."
        Menteri itu berkata, "Wahai Badui! Bagaimana menurutmu jika seseorang memberi kesempatan padamu istirahat yang panjang dari kerja keras yang melelahkan. Lalu orang itu memberimu uang 2000 dinar."
        Arab Badui itu berkata, "Engkau adalah orang besar, engkau yang berkuasa. Apapun yang menurutmu baik, maka akan saya lakukan."
        Menteri itu berkata, "Berikan surat itu pada saya!" Maka Arab Badui itu menyerahkan surat itu pada si menteri. Sedangkan menteri memberikan uang padanya sebagaimana yang dikatakan tadi. Lalu pergi berangkat menuju tempat yang dimaksud.
        Ketika bawahan Amirul Mukminin membaca surat itu, dia memerintahkan untuk memenggal kepala si menteri.
        Setelah beberapa hari, khalifah teringat dengan perkara ini. Dia bertanya tentang kabar menterinya, maka dijawab bahwa beberapa hari belakangan ini tidak pernah kelihatan batang hidungnya. Adapun Arab Badui itu tetap berada di Madinah.
        Mendengar kabar itu, khalifah menjadi terkejut. Dia memerintahkan agar Arab Badui itu datang menghadapnya. Dia datang menemui khalifah. Beliau menanyakan tentang kabarnya. Arab Badui itu menceritakan kesepakatan yang dilakukannya dengan si menteri, dari awal hingga akhir. Khalifah berkata padanya, "Engkau telah mengatakan pada masyarakat bahwa bau mulut saya sangat tidak sedap?"
        Si Arab Badui menjawab, "Masya Allah! Wahai Amirul Mukminin, saya tidak mengatakan sesuatu yang tidak saya ketahui. Hal itu merupakan perbuatan dan kedengkian dari si menteri. Menteri itu mengajak saya ke rumahnya. Kemudian dia mengajak saya makan bawang putih.” Si Arab Badui menceritakan segala hal yang dibicarakan pada saat itu. Dia berkata, "Wahai Amirul Mukminin! Allah telah membinasakan kedengkian itu."
        Kemudian Arab Badui itu diangkat khalifah sebagai menterinya. Sedangkan menteri pendengki, binasa bersama kedengkiannya.
        Perasaan dengki terhadap orang lain termasuk perbuatan zalim yang mendorong si menteri hingga jatuh ke dalam kehancuran. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap perkara dengki dan tipu muslihat. Saya tutup kisah ini dengan sebuah syair,
        Wahai orang yang dengki terhadap anugerah yang telah
saya peroleh
Apakah engkau mengetahui, kepada siapa perbuatan
burukmu ini ditujukan?
Engkau telah berbuat buruk pada keputusan Allah
Karena engkau tidak meridhai anugerah Allah yang diberikan pada saya
Maka Allah menjadikanmu hina dengan cara menambah anugerah-Nya pada diri saya ini
Dan menutup pintu-pintu anugerah dari dirimu
Sumber; Min Qishashi Adz-DZalimin, karya MUHAMMAD ABDUH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar