Kamis, 17 November 2011

MATA ALLAH TIDAK TIDUR

MATA ALLAH TIDAK TIDUR


        Terkadang, sebagian kita menzalimi yang lain. Orang yang menzalimi lupa bahwa mata Allah tidak pernah tidur. Dia tidak pernah lalai sedetik pun. Mari bersama, kita baca kisah yang penuh hikmah berikut ini:
        Abu Muhammad al-Husain bin Muhammad ash-Shalihi bercerita bahwa suatu ketika, di siang hari, kami berada di sekitar peraduan al-Mu'tadidh Billah yang saat itu sedang tidur. Dia tidur setelah menghabiskan banyak makanan. Tiba-tiba, dia bangun seperti orang yang ketakutan. Dia berkata, "Hai para pembantu!" Kami segera memenuhi panggilannya. Al-Mu'tadidh berkata, "Cepat tolong saya! Pergilah kalian ke tepi sungai. Jika kalian melihat seorang pelaut yang pertama kali naik ke kapalnya yang kosong, tanpa muatan, maka tangkap pelaut itu dan bawa ke sini. Sementara kapalnya serahkan pada seseorang untuk merawatnya." Kami segera berangkat dan mendapatkan seorang pelaut yang sedang berada di sebuah kapal. Kami tangkap pelaut itu lalu kami serahkan kapal tersebut pada seseorang untuk merawatnya. Kami bawa orang itu ke hadapan khalifah al-Mu'tadhid. Ketika pelaut itu melihat khalifah, dia merasa takut. Di saat yang sama, al-Mu'tadhih berteriak melihatnya. Suatu teriakan yang amat keras, seolah-olah seperti nyawa khalifah sedang keluar dari jasadnya. Khalifah al-Mu'tadhid berkata, "Berkatalah yang jujur pada saya! Berkatalah yang jujur tentang perkaramu dengan seorang wanita yang telah engkau bunuh hari ini. Jika tidak, maka kepalamu akan kupenggal." Dengan gagap, pelaut itu menjawab, "Benar! Waktu itu saya sedang berada di sebuah kapal milik seseorang. Lalu naiklah seorang wanita yang sangat cantik. Belum pernah saya lihat wanita secantik itu. Dia mengenakan pakaian mewah dan perhiasan yang banyak. Melihat hal ini, timbul niat jahat saya. Saya coba membunuhnya. Saya tutup mulutnya. Kemudian saya tenggelamkan kepalanya ke air. Saya ambil semua perhiasan yang dikenakannya. Melihat dia sudah tidak bernyawa lagi saya lempar jasadnya ke sungai. Saya tidak ingin membawa hasil rampasan itu ke rumah, karena takut kabar ini tersebar di masyarakat. Saya berniat untuk kabur ke kota Wasith. Karena itu, saya menunggu hingga tepian sungai sepi dari para nelayan. Sampai akhirnya, saya ditangkap oleh mereka dan di bawa ke sini.”
        Khalifah al-Mu'tadhid bertanya, "Sekarang dimana perhiasan dan rampasan itu?"
        Pelaut itu menjawab, "Ada di dalam lambung kapal."
        Al-Mu'tadhid berkata, "Bawa perhiasan itu ke sini.” Tak lama kemudian perhiasan itu dibawa ke hadapan khalifah. Beliau memerintahkan untuk menenggelamkan pelaut itu ke sungai sebagai hukuman atas tindak kejahatannya. Setelah itu, dia memerintahkan untuk mengumumkan ke masyarakat, bahwa siapa saja yang anggota keluarganya yang perempuan keluar rumah pada waktu sahur menuju sebuah kapal laut dengan mengenakan pakaian mewah dan perhiasaan yang banyak agar datang ke istana. Pada hari kedua, tiga anggota keluarganya datang. Mereka memberikan gambaran tentang wanita tersebut dan segala yang dikenakannya. Kemudian khalifah menyerahkan semua perhiasan dan harta wanita itu kepada keluarganya.
        Abu Muhammad al-Husain (yang meriwayatkan kisah ini) bertanya, "Wahai tuanku! Siapa yang memberitahumu tentang hal ini?"
        Al-Mu'tadhid menjawab, "Di dalam tidur, saya bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tua, rambutnya putih, berjanggut dan mengenakan pakaian putih. Dia memanggil-manggil saya, ‘Wahai Ahmad! Tangkaplah pelaut yang pertama kali naik ke kapal. Mintalah pengakuan darinya tentang wanita yang telah dibunuhnya secara zalim pada hari ini. Dia telah merampas perhiasaan dan harta wanita itu. Jatuhilah hukuman atasnya. Janganlah engkau mengabaikannya.’ Maka terjadilah seperti yang kalian lihat.’”
Sumber; Min Qishashi Adz-DZalimin, karya MUHAMMAD ABDUH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar