Selasa, 15 November 2011

MANAGEMENT WAKTU

Sa’id bin Amir ra. adalah gubernur kota Himsha di masa khalifah Umar bin Khaththab ra.. Dia menjadikan malam hanya khusus untuk Allah. Pagi hari hingga tengah hari, diperuntukkan untuk keluarganya. Beliau membantu istrinya memasak. Sementara mulai tengah hari hingga matahari terbenam, beliau peruntukkan bagi rakyat kota Himsha. Dalam sebulan, ada dua hari yang dia khususkan untuk mencuci pakaiannya yang hanya sedikit dan baru menemui rakyatnya di waktu petang.
        Atha' bin Abi Robah seorang tabi’in, sewaktu masih menjadi seorang budak, beliau membagi waktunya menjadi tiga bagian. Sepertiga waktunya diperuntukkan untuk majikannya. Sepertiga lagi untuk Allah swt. Sementara 1/3 sisanya digunakannya untuk menuntut ilmu. Beliau pergunakan untuk berkutat dengan ilmu. Beliau datangi sisa-sisa para sahabat Rasulullah saw. yang masih hidup, dan berhasil mereguk ilmu dari sumbernya yang jernih.        
        Dua sosok di atas memang luar biasa. Sa’id bin Amir ra dan Atho’ bin Abu Rabah adalah dua sosok yang pandai membagi waktu. Waktu untuk Allah, untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
        Waktu malam, mereka pergunakan khusus untuk Allah. Sa’id bin Amir menjadikan dua hari dalam sebulan untuk dirinya sendiri, yaitu mencuci bajunya. Sementara Atho’ bin Abu Robah, sepertiga waktunya digunakan untuk dirinya, yaitu dengan menuntut ilmu.
        Sementara untuk orang lain, Sa’id bin Amir menyediakan waktu di pagi hari hingga tengah hari, yaitu untuk keluarganya. Di tengah hari, diperuntukkan bagi rakyat kota Himsha
        Sedangkan Atho’ menjadiakan 1/3 harinya untuk orang lain, yaitu memenuhi hak-hak majikannya.
        Begitulah kita diajarkan untuk membagi waktu. Hak Allah terpenuhi, hak orang lain tidak terabaikan dan hak diri sendiri pun dapat ditunaikan.
        Oleh karenanya tidak cukup Hablumminallah dan hablumminnas saja. Tidak cukup adanya interaksi dengan Allah dan sesama manusia. Tetapi perlu adanya interaksi dengan diri sendiri.
        Sa’id bin Amir ra adalah salah seorang sahabat Rasulullah. Setiap para sahabat mendapat gelar sebagai orang-orang yang diridhai Allah dan mereka juga pada Allah. Orang-orang seperti ini layak untuk sama-sama kita jadikan cermin.
         Atho’ bin Abu Rabah adalah seorang tabi’in. Para tabi’in adalah orang-orang yang masih bertemu dengan para sahabat Rasulullah. Pengetahuan dan pemahamannya tentang Islam, tidak jauh berbeda dengan para sahabat Rasulullah. Demikian pula dengan kesolehannya.
        Rasulullah sendiri mengatakan bahwa generasi terbaik adalah generasi beliau dan para sahabat, selanjutnya adalah generasi tabi’in.
        Sikap Atho’ pun perlu kita tiru dan layak dijadikan cermin. Semoga Aaamiiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar