Selasa, 15 November 2011

TIPS MENUNTUT ILMU

Imam Muslim belajar di Irak, Hijaz, Syam, Mesir, Khurasan dikutip dari buku Lilin Yag Tak Pernah Padam, karya Abu Malik Muhammad bin Hamid bi Abdul Wahab
Dalam pengembaraannya mencari hadits, Imam Bukhari telah berkelana ke Nisabur, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mekkah, Madinah, Syam dan Mesir dikutip dari buku Lilin Yag Tak Pernah Padam, karya Abu Malik Muhammad bin Hamid bi Abdul Wahab
Keakrabannya dengan Rasulullah sejak kecil membuat Ibnu Abbas tumbuh menjadi seorang lelaki berkepribadian luar biasa. Hidup bersama dengan Rasulullah benar-benar telah membentuk karakter dan sifatnya. Sebuah kisah menarik melukiskan bagaimana Ibnu Abbas ingin selalu dekat dan belajar dari Rasulullah.
Setelah Rasulullah berpulang, semangat Ibnu Abbas menuntut ilmu tidak pernah surut.
Didatanginya sahabat-sahabat senior, ia bertanya tentang apa saja yang mesti ditimbanya. Apa saja yang menurutnya belum dipahami, ia tanyakan pada sahabat-sahabat yang lebih tahu.
Ia ketuk satu pintu dan berpindah ke satu pintu rumah sahabat-sahabat Rasulullah. Tak jarang ia harus tidur di depan pintu para sahabat, karena mereka sedang istirahat di dalam rumahnya. Tapi betapa terkejutnya mereka tatkala menemui Ibnu Abbas sedang tidur di depan pintu rumahnya.
"Wahai keponakan Rasulullah, kenapa tak kami saja yang menemui Anda," kata para sahabat yang menemukan Ibnu Abbas tertidur di depan pintu rumahnya beralaskan selembar baju yang ia bawa.
"Tidak, akulah yang mesti mendatangi Anda," kata Ibnu Abbas tegas. Demikiankan kehidupan Ibnu Abbas, sampai kelak ia benar-benar menjadi seorang pemuda dengan ilmu dan pengetahuan yang tinggi.
Saking tingginya dan tak berimbang dengan usianya, ada orang yang bertanya tentangnya.
"Bagaimana Anda mendapatkan ilmu ini, wahai Ibnu Abbas?"
"Dengan lidah dan gemar bertanya, dengan akal yang suka berpikir," demikian jawabnya.
        Begitulah generasi terdahulu dalam menuntut ilmu. Mereka begitu gigih untuk mendapatkannya. Pergi ke tempat-tempat yang jauh di saat alat-alat transportasi canggih belum tercipta. Imam Bukhari dan Muslim contohnya.
        Kita salut pada para pemuda yang menuntut ilmu hingga ke luar kota, bahkan hingga ke luar negeri. Tapi, mereka semua didukung oleh berbagai fasilitas dan kemudahan. Kesalutan macam apa yang patut kita berikan kepada Imam Bukhari dan Muslim?
        Kegigihan sahabat Ibnu Abbas ra dalam menuntut ilmu pun perlu diacungkan jempol. Coba para pembaca perhatikan, “Ia (Ibnu Abbas) ketuk satu pintu dan berpindah ke satu pintu rumah sahabat-sahabat Rasulullah. Tak jarang ia harus tidur di depan pintu para sahabat, karena mereka sedang istirahat di dalam rumahnya.”
        Orang-orang yang berilmu bukannya dijauhi, tapi terus ditemani dan diakrabi. Begitulah yang dilakukan Ibnu Abbas terhadap Rasulullah.
        Mungkin para pembaca pernah tahu tentang supirnya Einstein. Siapa yang tidak kenal dengan Einstein?
        Supir Einstein ini telah lama ikut dengannya. Hingga semua teori-teori ilmu yang dimiliki Einstein, banyak juga dikuasai oleh supirnya.
        Pada suatu hari, timbul ide ‘gila’. Ketika akan menghadiri sebuah seminar, Einstein bertukar posisi. Sehingga rencananya posisi Einstein dalam menyampaikan makalah di seminar itu, digantikan oleh supirnya.
        Berbagai pertanyaan yang diajukan oleh para peserta dapat dijawab ‘Einstein’ dengan benar. Ketika ia mendapatkan sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, ‘Einstein’ dengan diplomatis berkata, “Kalau pertanyaan itu mudah sekali, supir saya saja yang dibelakang itu juga tahu.”
        Demikian pula dengan Ibnu Abbas. Karena kedekatan beliau dengan Rasulullah saw dan para sahabat senior, maka tidak heran beliau menjadi teman diskusi bagi Umar bin Khatthab.
Umar bin Khattab misalnya, selalu memanggil Ibnu Abbas untuk duduk bersama dalam sebuah musyawarah. Pendapat-pendapatnya selalu didengar karena keilmuannya. Sampai-sampai Amirul Mukminin kedua itu memberikan julukan kepada Ibnu Abbas sebagai "pemuda tua".
Bukan itu saja,  di masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib, ia pun berhasil mengembalikan kaum khawarij pada jalan yang benar. Bukan tanggung-tanggung, beliau berhasil mengembalikan mereka ke jalan yang benar dalam jumlah yang banyak, 15.000 orang

       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar