Kamis, 06 Maret 2014

Pahami Dulu Pertanyaannya

Dalam pepatah bahasa Arab ada ungkapan, “Fahmus Sual Nisful Jawab” yang artinya “Memahami pertanyaan itu sudah setengah jawaban.”

Anda seorang guru yang sering mendapat pertanyaan murid-murid? Anda orang tua dari seorang anak yang sedikit-sedikit bertanya? Anda seorang suami atau istri yang terkadang ditanya oleh pasangannya? Anda seorang kepala negara, gubernur yang kerap mendapat pengaduan dan pertanyaan rakyatnya? Anda seorang bos atau karyawan, pembeli atau penjual atau siapapun Anda, tidak luput dari pertanyaan-pertanyaan.

Cermati pertanyaan-pertanyaan itu. Kita yang ditanya dan mereka yang bertanya, sama-sama manusia. Wajar saja jika timbul pertanyaan dari mereka. Jika kita berada di posisi mereka, mungkin kita yang akan bertanya. Jadi hadapi pertanyaan dengan santai, tidak perlu cepat bingung. Hadapi pertanyaan sebagai sesuatu yang wajar. Kita cuma perlu memahami pertanyaan yang datang kepada kita.

“Jalanan macet ya mas?” tanya bos kepada seorang karyawan yang datang terlambat

“Kok jam segini sudah pulang nak?” tanya seorang ibu pada anaknya yang pulang lebih cepat dari biasanya

“Kapan terjadinya perang Diponegoro?” tanya seorang guru pada muridnya

Si murid menjawab, “antara 1825-1830, bu.”

“Ooo, berarti terjadinya setelah Maghrib ya?” si guru bertanya lagi

Pertanyaan yang terakhir ini dimaksudkan untuk bercanda. Jika si murid tidak memahami pertanyaan itu dan masih menganggap pertanyaan itu serius, maka dia akan bingung untuk menjawab.

Kaum nabi Musa ketika diperintahkan Allah untuk menyembelih sapi betina, mereka bertanya, “Sapi betina apakah itu?”

Setelah dijelaskan bahwa sapi betina yang dimaksud adalah sapi betina yang tidak tua dan juga tidak muda, mereka kembali bertanya, “Apa warnanya?”

Setelah dijawab bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya, mereka kembali bertanya, “Bagaimana hakikat sapi betina itu?”

Kemudian pertanyaan ini pun dijawab oleh nabi Musa as, setelah beliau as mendapat penjelasan dari Allah swt.

Seorang pengendara motor sedang mendorong motornya. Dia pergi menuju ke sebuah toko rokok dan bertanya, “Mas, bengkel tambal ban terdekat dimana ya?”

Seseorang kadang bertanya tidak langsung pada intinya. Pertanyaan si bos kepada karyawannya di atas, tidak pada intinya. Dia tidak bertanya, “Kenapa terlambat?” tapi dia bertanya, “Jalanan macet ya mas?”. Karena pertanyaan itu terkadang tidak langsung pada intinya, tentu perlu berpikir agak mendalam. Perlu dipikirkan apa maksud dari pertanyaan itu. Mungkin bos ingin menegur karyawan yang terlambat itu. Mungkin pula si bos ingin marah pada karyawan itu. Tapi dengan menggunakan pertanyaan sindiran.

Pertanyaan ibu di atas diajukan dalam bentuk tidak lengkap. “Kok jam segini sudah pulang nak?”. Si ibu tidak meneruskan dengan pertanyaan berikutnya, “Memangnya ada apa di sekolah? Apa ada rapat guru? Atau gurunya gak masuk?”

Pertanyaan, “Kok jam segini sudah pulang nak?” juga perlu dipahami dengan mendalam. Perlu dipahami maksud pertanyaannya.

Sementara candaan guru pada muridnya dengan pertanyaan, “Ooo, berarti terjadinya setelah Maghrib ya?” juga perlu dipahami secara runut atau berurutan.

Kenapa jawaban, “Antara 1825-1830 ditanggapi dengan pertanyaaan “Ooo, berarti terjadinya setelah Maghrib ya?” Memang waktu shalat Maghrib itu pukul berapa? Jika sudah sampai di sini, maka si murid akan dapat memahami candaan gurunya.

Pertanyaan-pertanyaan kaumnya nabi Musa, sebenarnya pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu diajukan. Sebab dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu akan mempersulit mereka dalam menjalankan perintah Allah. Ini dapat terlihat dalam ayat berikutnya yang berbunyi, “hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.” (QS Al-Baqarah:71)

Jika kita memperolah pertanyaan-pertanyaan seperti ini, mungkin sebaiknya tidak perlu dijawab. Karena akan mempersulit orang yang bertanya.

Sedangkan pertanyaan pengendara motor yang ban motornya bocor, tidak bisa dipahami sebagai pertanyaan sindiran si bos pada karyawannya yang terlambat datang ke kantor. Tidak bisa dipahami sebagai pertanyaan si guru yang bermaksud untuk bercanda. Pertanyaan si pengendara motor benar-benar ingin tahu dan dia bertanya langsung pada intinya, “Mas, bengkel tambal ban terdekat dimana ya?”
TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar