Jumat, 21 Maret 2014

Mari Kita Lihat, Apa Yang Terjadi

Motor melaju menuju rumah. Perjalanan dari kantor menuju rumah kurang lebih menghabiskan waktu 40 menit. Beberapa 'polisi tidur' telah dilewati. Nampak seorang tukang siomay bersepeda berpapasan dengan saya.

Dia nampaknya masih dalam rangka ‘tugas’. Masih berkeliling untuk berdagang. Setidaknya terlihat dari semangat dan kayuhan sepedanya. Terlihat sepintas dari tenaga yang nampaknya belum lelah. Sampai jam berapakah dia berdagang dan begadang?

Sementara saya mengendarai motor dengan tenaga ‘sisa’. Sisa dari bekerja sejak pagi. Memikir diri ini yang sedang menuju pulang dan melihat tukang siomay yang masih bertugas, membuat diri berpikir. Jam berapa tukang siomay itu berangkat? Apakah sejak pagi?

Kalo sejak pagi, betapa semangatnya tukang siomay itu dalam menjalankan perannya. Hingga malam hari masih semangat dan kesungguhan yang berlipat ganda. Seolah siap menghadapi apa pun yang terjadi di depannya.

Kalo dia berangkat selepas Maghrib atau Isya, sampai jam berapakah dia mencari nafkah? Ini pula yang biasanya dijalankan oleh tukang nasi goreng. Pula yang dilakoni oleh tukang sekoteng.

Di saat saya pulang, mereka baru berangkat. Seolah kami sedang bertukar shift.

Begitulah kenyataan hidup. Sepertinya begitu pula kehidupan di negara-negara di dunia. ‘Kehidupan’ itu selalu ada sepanjang waktu, selama 24 jam penuh. Seolah tidak ada istirahat. Padahal Allah jadikan malam untuk beristirahat dan siang untuk mencari penghidupan.

Mari kita lihat apa yang terjadi, ketika sepanjang hari diisi dengan ‘kehidupan’, tanpa istirahat?


TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar