Tapi apa yang keluar dari mulut si petani? Petani itu mengucapkan, “Alhamdulillah.”
Beberapa hari kemudian kuda milik petani itu pulang bersama kuda-kuda liar lainnya. Kuda-kuda liar itu dipelihara si petani hingga menjadi jinak. Setelah menjadi jinak, kuda-kuda itu disewakan kepada orang-orang, hingga si petani menjadi kaya raya.
Melihat kondisi ini, si petani mengucapkan, “Alhamdulillah.”
Ternyata diantara kuda-kuda liar yang telah jinak itu, ada seekor kuda yang masih liar alias belum jinak. Akibatnya, salah seorang anak petani tersebut kakinya patah setelah mengendarai kuda liar itu.
Kembali pak petani itu mengucapkan, “Alhamdulillah,”
Di saat kondisi anak si petani kakinya patah, datang perintah berperang. Seluruh pemuda ikut serta dalam berperang, kecuali anak si petani itu.
Petani itu kembali mengucapkan, “Alhamdulillah,”
Kisah ini dikutip dari situs eramuslim.com.
Saya pernah menceritakan kisah ini kepada seorang jamaah masjid. Dia ternyata punya sebuah cerita sejenis.
Dia bercerita, “Suatu ketika Umar ibn Khaththab ra. memiliki kekayaan binatang ternak. Entah kuda atau unta, saya lupa.”
“Tapi karena kekayaan itu mengganggunya dalam mengingat Allah, maka seluruh ternaknya itu diinfakkan di jalan Allah,” jelasnya
Dalam buku Jangan Putus Asa!, ada seseorang penumpang kapal yang terdampar di pulau. Dia terdampar seorang diri. Hingga dia harus bertahan hidup seorang diri. Memanjat pohon seorang diri untuk mengambil buah-buahan. Menangkap kelinci untuk dimakannya juga seorang diri. Termasuk membangun rumah dari pohon-pohon yang ada di sana juga seorang diri.
Singkat cerita, pria itu dapat bertahan hidup. Dengan mengonsumsi buah-buahan dan daging kelinci. Dia pun dapat berteduh di rumah hasil karyanya sendiri. Terhindar dari hujan dan teriknya matahari.
Suatu hari, ketika dia sedang membakar kelinci untuk dimakan, terjadi suatu musibah. Api unggun yang digunakan untuk membakar daging kelinci, menyambar rumahnya. Dia terlambat menyadari hal ini, hingga rumahnya habis terbakar.
Dia sedih, kesal dan bingung. Dia teringat betapa susahnya ketika dia harus membangun rumah itu seorang diri. Terbayang dalam benaknya, dia harus kembali seorang diri membangun rumah baru.
Karena kesedihan yang teramat sangat, dia tertidur di bawah pohon. Tiba-tiba dia dikejutkan oleh para penumpang kapal yang datang ke pulau itu. Mereka ingin menyelamatkan orang itu.
Ketika ditanya, “Dari mana kalian bisa tahu bahwa saya sedang membutuhkan pertolongan?”
Salah seorang dari mereka menjawab, “Karena kami melihat ada asap yang membumbung tinggi di angkasa. Kami berpikiran bahwa di sana sedang ada kebakaran dan ada orang yang sedang membutuhkan pertolongan.”
Kita mungkin melihat ketika si petani kehilangan kuda, itu merupakan musibah dan merupakan hal yang buruk. Tapi ternyata itu merupakan suatu hal yang baik, merupakan awal datangnya kekayaan untuk si petani.
Selanjutnya kita mungkin melihat ketika si petani memperoleh kekayaan lewat kuda-kuda liar yang berhasil dijinakkannya, itu merupakan anugerah dan merupakan hal yang baik. Akan tetapi, justru salah satu kuda itu menjadi awal patahnya kaki salah seorang anak petani.
Kecelakaan itu mungkin siapapun akan menilai sebagai sebuah musibah dan merupakan hal yang buruk. Namun ternyata, karena kondisi sakit ini, maka anak si petani ini tidak diwajibkan berperang.
Siapa pun yang memperoleh rezeki seperti Umar ibn Khaththab ra. akan beranggapan bahwa itu merupakan anugerah. Akan tetapi ternyata, kekayaan itu menghalanginya untuk mengingat Allah.
Bayangkan bila salah seorang dari kita terdampar di sebuah pulau dan mengalami hal yang sama. Tentu kita akan beranggapan bahwa rumah yang terbakar merupakan sebuah musibah. Padahal itu merupakan awal dari sebuah anugerah, awal munculnya pertolongan Allah.
Maha Benar Allah dengan firman-Nya, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah (2):216)
Mari kita lihat berbagai sisi kehidupan kita, berbagai musibah dan anugerah yang kita peroleh.
TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN
FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar