Senin, 17 Februari 2014

MENULIS BERANGKAT DARI 3 KATA (LAGI DAN LAGI)

MENULIS BERANGKAT DARI 3 KATA (LAGI DAN LAGI)

3 kata yang terpilih

Cermin, motor dan ember

1. Tidak seperti di perkotaan, bila mencuci dengan mesin cuci, menggunakan papan penggilasan dan dilakukan di kamar mandi. Paling tidak, masyarakat perkotaan mencuci di MCK (Mandi, Cuci dan Kakus). Bagi masyarakat perkotaan yang tidak mempunyai kamar mandi, mereka biasanya menyewa MCK. Sedangkan di pedesaan tidak seperti itu.

Masyarakat pedesaan biasa mencuci di sungai dan batu besar dijadikan papan penggilasannya. Bahkan batu besar itu bisa menjadi dwi fungsi. Selain papan penggilasan, batu besar dijadikan pula sebagai tempat jemuran.

Pagi itu, Surti berangkat ke sungai. Dia membawa ember berisikan pakaian kotor yang akan dicucinya. Dengan hanya berbungkuskan kain panjang, Surti mulai mencuci satu persatu pakaian kotor itu. Mulai dari pakaian dirinya, bapak, emak dan adiknya. Surti memang biasa melakukan hal ini. Ayah dan ibunya biasa pergi ke sawah hingga tengah hari. Sedangkan adiknya yang masih kecil sudah mulai bersekolah. Sehingga Surti lah yang mau tidak mau harus mencuci semua pakaian anggota keluarganya.

Terkadang bila Surti merasa kelelahan, untuk menghibur dirinya, dia suka menjadi air sungai sebagai cermin wajahnya yang cantik. Dengan senyum mengembang, dia hadapkan wajahnya ke air sungai yang sedang mengalir. Di sanalah terlihat kecantikan wajah dari Surti. Sudah banyak pemuda desa yang berupaya mendekatinya.

Ratno salah satunya. Pemuda anak pak lurah ini biasa menemui Surti. Dengan gayanya yang tengil, dia menemui Surti sambil membangga-banggakan sepeda motornya. Dia ingin memikat Surti dengan kekayaan orang tuanya.

Bagi Surti, Ratno bukan tipenya. Dia suka pemuda yang sederhana, pekerja keras dan tampil adanya. Mau tahu lanjutan cerita ini? Silahkan diteruskan.

2. Allahumma Ahsin khuluqî kamâ Ahsanta khalqî, begitu ucap Sanjaya di depan cermin. Dia mulai menyisir rambutnya hingga rapi dengan menggunakan sisir kesayangannya. Sisir berwarna biru itu selalu dia bawa kemana saja dia pergi. Maklum sebagai seorang biker (pengendara motor), dia harus selalu menyisir rambutnya. Kepala yang selama di dalam perjalanan selalu tertutup helm, akan mengakibatkan rambut menjadi berantakan, ketika helm dibuka. Pada saat itulah, para pengendara motor biasanya membutuhkan sisir. Termasuk Sanjaya dalam hal ini.

Sanjaya bukan saja sosok yang selalu rapi dan bersih dalam penampilan dirinya. Dia juga termasuk orang yang selalu memperhatikan kondisi motornya. Setiap pagi sebelum berangkat kuliah, Sanjaya biasa membawa sebuah ember berisi air sabun. Dia ‘mandikan’ motor itu hingga berubah menjadi kinclong.

3. Sejak mempunyai motor, biaya transportasi Ujang pergi ke sekolah menjadi berkurang. Kakaknya lah yang memberikan motor itu. Walau motor itu bukan motor baru, namun Ujang amat senang. Dia dapat pergi kemana saja yang diinginkannya. Dia juga dapat pulang kapan saja yang diinginkannya. Karena dengan motor, semuanya nampak menjadi praktis.

Bila Ujang ingin berangkat ke sekolah dengan mengendarai motor, dia menatap ke cermin spion motornya. Untuk memastikan apakah penampilannya sudah ok atau belum. Bila sudah ok, dia segera memastikan letak spion motornya. Apakah dia dapat melihat dengan leluasa kendaraan yang datang dari arah kanan dan yang berasal dari arah kiri?

Walau Ujang tipe anak muda yang suka jalan-jalan dengan motor, dia bukan pemuda yang suka ugal-ugalan di jalan. Dia tidak suka mengebut di jalan. Begitu lampu merah menunjukkan warna merah, dia segera menghentikan motornya. Bila ingin berbelok, dia segera menyalakan lampu sennya. Ujang juga selalu menjaga jarak motornya dengan kendaraan yang berada di depannya. Bukan itu saja, motornya hampir selalu tampil kinclong.

Setiap hendak berangkat atau pulang dari sekolah, Ujang selalu mencuci motornya dengan se-ember air sabun. Tidak salah bila Ujang diberi amanah sebuah motor. Dia dapat memperlakukan motornya dengan apik. 




TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar