Bisa ular yang mengalir di
darah si bisu yang bisul itu, mulai memperlihatkan efeknya. Tubuhnya
mulai membiru. Sepersekian detik kemudian, datanglah seorang tabib.
Ratanca namanya.
Dengan ilmu totok dan pengobatan yang dimilikinya, Ratanca langsung bertindak. Dia segera menotok daerah-daerah aliran darah tertentu. Tujuannya agar aliran darah yang telah terkena racun tidak mengalir ke jantung.
Ratanca segera mengeluarkan daun-daunan dari tasnya. Dia kunyah satu persatu dan langsung di masukkan ke mulut si bisu. Untuk mendorong agar daun-daunan itu dapat cepat masuk ke dalam tubuh si bisu, Ratanca meminumkan segelas air putih.
Si bisu pun pingsan. Matahari sudah pulang ke peraduannya. Si bisu belum juga sadar. Wajahnya basah dengan butiran-butiran hangat. Bajunya juga kuyup. Tengah malam, si bisu pun mengingau.
*****
Di saat matahari mulai mengintip, Kukuruyuuuk....ayam hutan membangunkan mimpi orang-orang yang di sana tuk kembali ke alam nyata
Ratanca bangun dan segera melihat pada pasiennya, “Oh kisanak sudah bangun? Syukurlah...”
Mata si bisu menatap kosong.
Ratanca mengambil segelas air berisi ramuan. Dia menuangkan ke mulut si bisu.
“Buuuuh” air yang baru dituangkan ke mulut si bisu, dia buang kembali.
Seekor kadal yang pada saat itu lewat di dekat si bisu, langsung kejang-kejang, menggelepar dan langsung mati
Ratanca terkejut melihat pemandangan ini. Tidak mungkin penawar racun yang diberikannya itu dapat mencelakai si bisu, apalagi kadal itu.
Apakah si bisu saat ini memiliki air liur yang beracun, sebagai akibat racun ular itu?
Ratanca; maaf minjam nama tabib yg ada di novel Gajah Mada, karya Langit Kresna Hariadi
Dengan ilmu totok dan pengobatan yang dimilikinya, Ratanca langsung bertindak. Dia segera menotok daerah-daerah aliran darah tertentu. Tujuannya agar aliran darah yang telah terkena racun tidak mengalir ke jantung.
Ratanca segera mengeluarkan daun-daunan dari tasnya. Dia kunyah satu persatu dan langsung di masukkan ke mulut si bisu. Untuk mendorong agar daun-daunan itu dapat cepat masuk ke dalam tubuh si bisu, Ratanca meminumkan segelas air putih.
Si bisu pun pingsan. Matahari sudah pulang ke peraduannya. Si bisu belum juga sadar. Wajahnya basah dengan butiran-butiran hangat. Bajunya juga kuyup. Tengah malam, si bisu pun mengingau.
*****
Di saat matahari mulai mengintip, Kukuruyuuuk....ayam hutan membangunkan mimpi orang-orang yang di sana tuk kembali ke alam nyata
Ratanca bangun dan segera melihat pada pasiennya, “Oh kisanak sudah bangun? Syukurlah...”
Mata si bisu menatap kosong.
Ratanca mengambil segelas air berisi ramuan. Dia menuangkan ke mulut si bisu.
“Buuuuh” air yang baru dituangkan ke mulut si bisu, dia buang kembali.
Seekor kadal yang pada saat itu lewat di dekat si bisu, langsung kejang-kejang, menggelepar dan langsung mati
Ratanca terkejut melihat pemandangan ini. Tidak mungkin penawar racun yang diberikannya itu dapat mencelakai si bisu, apalagi kadal itu.
Apakah si bisu saat ini memiliki air liur yang beracun, sebagai akibat racun ular itu?
Ratanca; maaf minjam nama tabib yg ada di novel Gajah Mada, karya Langit Kresna Hariadi
TULISAN INI SEBELUMNYA TELAH DIPUBLISH DI AKUN
FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar