Sabtu, 03 Desember 2011

SEJARAH TERUS BERULANG


        Di luar sana banyak kondisi yang tidak saya ketahui. Ternyata ada yah, orang yang dengan susah payah mengumpulkan sisa-sisa makanan orang lain. Semuanya itu dikumpulkan, dicuci dan dimasak ulang.
        Kalau ada orang yang mengatakan seminggu tidak makan nasi, ternyata bukan dongeng. Memang nyata ada. Dia hanya makan singkong dan air putih saja.
        Dulu mendengarnya hanya sebagai sebuah lelucon anak-anak kost. “Kalau elo kehabisan uang, datang aja ke acara pernikahan. Makan gratis deh.” Kenyataannya memang ada, seorang kepala keluarga ketika mengetahui ada undangan pernikahan, dia tidak pergi sendiri. Dia pergi bersama anak dan isterinya. Bukan karena memenuhi undangan semata, tapi karena tidak ada makanan di rumah.
        Sejarah orang-orang kelaparan berulang kembali. Di masa kekhalifahan Umar bin Khaththab ra, beliau mendapatkan seorang ibu sedang memasak batu. Sebuah usaha yang dilakukan sang ibu untuk menenangkan anaknya yang menangis karena kelaparan.
        Suatu ketika, Umar berkeliling kampung untuk mengetahui kondisi rakyatnya. Beliau ditemani sahabatnya Aslam. Sesampainya di kampong terpencil, mereka mendengar ada tangisan seorang anak kecil.
        “Assalamu’alaikum,”
        “Wa’alaikumussalam”, jawab seorang wanita tua yang sedang memasak. Nampak dia sedang mengaduk-aduk sesuatu yang berada di dalam panci.
        “Kenapa anak anda? Apakah dia sakit?”
        “Tidak…dia tidak sakit. Dia sedang kelaparan.”
        Umar dan Aslam menemani ibu itu memasak. Namun satu jam telah berlalu masakan tak kunjung matang.
        Umar bertanya, “Apa yang engkau masak wahai ibu? Satu jam telah berlalu, namun masakanmu tak kunjung matang?”
        “Lihat saja sendiri.”
        Umar dan Aslam itu menghampiri wanita tua itu. Mereka melihat apa sebenarnya yang ada di dalam panci itu.
        “Batu?? Mengapa engkau memasak batu??”
“Sejak pagi kami belum makan. Oleh karenanya, aku menyuruh anakku untuk berpuasa, dengan harapan di waktu Maghrib, kami dapat rezeki. Hingga akhirnya dia tertidur. Namun sampai sekarang kami belum dapat makanan. Dia terbangun dari tidurnya dan menangis sambil mengatakan bahwa dirinya lapar.”
        “Oleh karenanya,” lanjut wanita tua itu.
        “Saya mencoba untuk menenangkannya dengan memasak batu-batu ini. Dengan harapan dia kembali tertidur hingga pagi esok harinya.”
        Berlinangan air matalah khalifah Umar. Umar dan Aslam pun segera kembali ke Madinah. Beliau ambil sekarung gandum untuk diberikannya kepada wanita tua itu. Karung itu dibawanya sendiri di atas punggung beliau yang mulia.
        Aslam berniat membantu khalifah Umar, “Wahai Amirul Mukminin, berikan padaku! Biar aku saja yang memikul karung itu ”.
Dengan marah, Umar menjawab, “Wahai Aslam, jangan sekali-kali engkau menjerumuskan aku ke dalam neraka. Bila engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah engkau juga sudi memikul beban api neraka di pundakku ini di hari pembalasan nanti?”
Singkat cerita…..
“Wahai ibu, ini aku bawakan sekarung gandum. Segeralah masak, agar anakmu dapat segera makan dan tidak menangis lagi ”, kata Khalifah Umar.
Berita busung lapar bukan berita baru. Anak-anak kekurangan gizi demikian pula. Teman-teman sekalian juga melihat, mendengar dan membaca walau mungkin dalam kasus yang agak berbeda. Tapi intinya sama ‘kelaparan’
Sejarah orang-orang kelaparan terus berulang, kapankah sejarah pemimpin sekaliber Umar akan berulang?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar