(44) Ummu Hakam binti Abu Sufyan dan Anaknya, Sang Pemimpin Kufah
Ummu Hakam binti Abu Sufyan masuk Islam pada saat penaklukan kota Makkah. Ummu Hakam memeluk Islam dengan baik bersama bapaknya, Abu Sufyan, dan ibunya, Hindun binti ‘Atabah.
Ummu Hakam adalah istri seorang sahabat terkenal, ‘Iyadh bin Ghanam al-Fahri. Akan tetapi ‘Iyadh menceraikannya ketika Ummu Hakam tidak mau masuk Islam sebelum penaklukan kota Makkah. Sebab, Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. al-Mumtahanah: 10)
Setelah dicerai oleh ‘Iyadh Ummu Hakam menikah dengan ‘Abdullah bin ‘Utsaman bin Rabi’ah ats-Tsaqafi, dan dikaruniai seorang anak bernama ‘Abdurrahman.
Pada masa Mu’awiyah bin Abu Sufyan, anaknya, Abdurrahman, diberikan kepercayaan untuk memimpin kota Kufah. Abdurrahman tidak terlalu pintar, dan dia dizalimi oleh Ahli Kufah. Pamannya, Mu’awiyah, mendengar perihal tersebut. Diriwayatkan dalam buku-buku sirah dan sejarah, bahwa karena hal tersebut Mu’awiyah memecat Abdurrahman dan tidak lagi menjadikannya pemimpin Kufah.
Pada suatu ketika, Ummu Hakam berkata kepada saudaranya, Mu’awiyah r.a., “Hai Saudaraku, nikahkanlah anak saya dengan salah seorang putrimu.”
Mu’awiyah berkata, “Dia tidak pantas untuk mereka.”
Ummu Hakam berkata, “Abu Sufyan menikahkan saya, sementara Abu Sufyan lebih baik dari kamu, dan saya lebih baik dari anak-anakmu.”
Mu’awiyah berkata, “Abu Sufyan berbuat demikian, waktu itu, karena dia senang sama kismis. Sekarang, kami mempunyai banyak kismis. Oleh karena itu, saya tidak akan menikahkan anak-anak saya kecuali dengan orang yang pantas.”[1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar