(40) Khatîbatu An-Nisâ’ Bertanya Kembali kepada Rasulullah SAW
Asma’ binti Yazid bin Sakan al-Anshariyah, yang dikenal dengan julukan Khatîbatu an-Nisa’, menyampaikan pertanyaan kepada Rasulllah SAW yang terkait dengan permasalahan-permasalahan agama, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir, dari Syar bin Husyab, dari Asma’ binti Yazid, dia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah keluar menemui kaum perempuan di samping masjid, sementara saya berada di antara mereka, tiba-tiba Rasulullah SAW kegaduhan oleh mereka, seraya beliau bersabda, “Wahai kaum wanita, kalian adalah kaum yang paling banyak menjadi kayu bakar Neraka.”
Asma’ berkata, “Saya memanggil Rasulullah, dan saya mempertanyakan lebih lanjut sabda beliau. Lalu saya berkata, ‘Ya Rasulullah SAW, dengan apa?”
Beliau bersabda, “Ketika kalian dikaruniai nikmat kalian tidak bersyukur, ketika diberikan cobaan kalian tidak sabar, dan ketika kalian tidak diberikan nikmat kalian mengadu. Hendaknya kalian tidak mengingkari orang-orang yang mengaruniakan nikmat.”
Asma’ berkata, “Ya Rasulullah, siapa yang dimaksud dengan orang-orang yang mengaruniakan nikmat?”
Beliau bersabda, “Perempuan berada di bawah otoritas laki-laki; dari laki-laki itu dia melahirkan dua anak, begitu juga anak yang ketiga, kemudian dia berkata kepada suaminya, ‘Saya sama sekali tidak melihat kebaikan dari dirimu.’”[1]
(41) Pertanyaan Khatîbatu An-Nisâ’ tentang Perempuan yang Haid
Asma’ binti Yazin bin Sakan juga mempunyai sikap yang ketiga dalam mengajukan pertanyaan, yang terkait dengan permasalahan-permasalahan agama. Dia tidak pernah merasa malu untuk mengajukan pertanyaan. Sayyidah ‘Aisyah memberikan apresiasi kepada perempuan-perempuan dari kalangan Anshar, seraya berkata, “Sebaik-baik perempuan adalah kaum perempuan Anshar, mereka tidak pernah merasa malu menanyakan tentang masalah agama, dan mereka benar-benar mengerti tentang agama.”
‘Aisyah juga berkata bahwa Asma’ pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang bagaimana cara orang haid dalam bermandi besar. Beliau bersabda, “Salah seorang kalian mengambil air dan daun pohon teratai, lalu bersucilah dengan air dan daun pohon teratai tersebut dengan cara bersuci yang baik. Siramkanlah ke kepala, dan pijitlah kepala dengan keras sehingga airnya benar-benar menyerap ke seluruh kulit kepala, lalu siramkanlah air. Kemudian ambillah sepotong kain yang dipolesi minyak misik, lalu bersihkanlah dengan sepotong kain itu.”
Asma’ berkata, “Bagaimana cara saya membersihkan dengan sepotong kain itu?”
Beliau bersabda, “Subhanallah, bersihkanlah dengan sepotong kain itu.”
‘Aisyah berkata, “Sepertinya dia menjelaskan bahwa sepotong kain itu untuk membersihkan sisa-sisa darah.”[2]
(42) Khatîbatu An-Nisâ’ dan Beberapa Atsar Rasulullah SAW
Asma’ binti Yazin r.a. berkata, “Saya pernah melihat Rasulullah SAW mendirikan shalat di masjid kami, Maghrib. Saya membawa daging yang ada tulangnya dan beberapa potong roti, kemudian saya berkata, ‘Demi ayah dan ibuku, cicipilah.’ Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabat, ‘Makanlah dengan menyebut asma Allah.’ Rasulullah SAW, sahabat-sahabat beliau, dan orang-orang yang datang hadir pada saat itu, termasuk dari kalangan Ahlu Dâr memakan makanan tersebut. Demi Allah, saya melihat beberapa daging yang tidak bertulang, dan melihat sebagian besar roti, sementara jumlah sahabat yang berkumpul di sana ada 40 orang. Kemudian Rasulullah meminum air di geriba yang ada di samping saya, setelah beliau beranjak, saya mengambil geriba tersebut, kemudian saya menyimpannya. Kami memberikan minum kepada orang yang sedang sakit dan kami sendiri meminumnya dari geriba tersebut, demi mengharap berkah.”[3]
(43) Khatîbatu An-Nisâ’ dan Keluarganya yang Mati Syahid
Dalam perang Uhud, Asma’ mendengar informasi bahwa beberapa anggota keluarganya mati syahid dalam perang itu; yaitu bapak kandungnya, Yazid, saudaranya, ‘Amir, pamannya, Ziyad, dan anaknya, ‘Imarah. Asma’ keluar rumah ingin memastikan apakah Rasulullah pulang dari perang Uhud dengan selamat. Ketika dia melihat Rasulullah, Asma’ berteriak seraya berkata, “Ya Rasulullah, setiap musibah selain kematianmu adalah musibah yang ringan.”[4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar