Kamis, 10 November 2011

Perempuan Berbicara Menggunakan Ayat-ayat Al-Qur’an

Perempuan Berbicara Menggunakan Ayat-ayat Al-Qur’an
Pembahasan buku ini saya akhiri dengan kisah seorang perempuan yang berbicara menggunakan ayat-ayat al-Qur’an. Kisah ini diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Mubarak rahimahullah, ketika ‘Abdullah naik haji ke Baitullah, seraya berkata, “Ketika saya berada di sebuah jalan, tiba-tiba saya bertemu dengan seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam. Dengan pakaian itu dia mudah dikenali, karena pakaiannya berbeda dengan yang lain. Setelah saya perhatikan ternyata dia seorang perempuan yang sudah lanjut usia, mengenakan pakaian dan kerudung yang terbuat dari bulu domba. Kemudian saya menyapanya, “Assalamu’alaikum Wr. Wb.”
Perempuan itu berkata, “Salam sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.”[1]
“Semoga Allah mengasihanimu. Apa yang kamu lakukan di tempat ini?”
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[2] Kata perempuan tersebut.
Maksudnya dia sudah menunaikan ibadah haji, dan ingin pergi ke Baitul Maqdis.
Abdullah bertanya lagi, “Sejak kapan kamu berada di tempat ini?”
“Selama tiga malam, padahal kamu sehat.”[3]kata perempuan tersebut.
“Saya lihat kamu tidak membawa makanan.” Kata Abdullah.
“Dia yang memberi makan dan minum kepadaku.”[4] Kata perempuan itu.
“Kamu berwudhu’ menggunakan apa?” Tanya Abdullah.
“Jika kalian tidak mendapatkan air, maka hendaknya kalian bertayammum dengan tanah yang baik (suci).” Kata perempuan itu.
“Saya mempunyai makanan, apakah kamu mau?” Tanya Abdullah.
“Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.”[5] Jawab perempuan itu.
“Sekarang kan bukan bulan Ramadhan?” Tanya Abdullah.
“Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”[6] Kata perempuan itu.
“Kita dibolehkan untuk tidak berpuasa jika sedang dalam perjalanan.” Kata Abdullah.
“Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”[7] Kata perempuan itu.
“Kenapa kamu tidak mau berbicara dengan saya dengan menggunakan gaya bahasa yang saya gunakan untukmu?” Tanya Abdullah.
“Tiada suatu  ucapanpun  yang  diucapkannya  melainkan  ada  di  dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”[8] Kata perempuan itu.
“Kamu manusia jenis apa?” Tanya Abdullah.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”[9] Kata perempuan itu.
“Saya sudah melakukan kesalahan, berikanlah saya solusi.” Kata Abdullah.
"Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu,  mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu).”[10] Kata perempuan itu.
“Bagaimana kalau saya membawamu di atas unta saya, sehingga kamu bisa mengejar rombongan?” Tanya Abdullah.
“Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.”[11] Kata perempuan itu.
“Naiklah ke untaku.” Kata Abdullah.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”[12] Kata perempuan itu.
‘Abdullah menundukkan pandangannya agar tidak melihat perempuan tersebut, kemudian ‘Abdullah bekata, “Naiklah.”
Tapi, untanya tiba-tiba lari, hingga mengoyakkan baju perempuan tersebut, perempaun itu pun berkata, “Dan apa saja musibah yang  menimpa  kamu  maka  adalah  disebabkan  oleh perbuatan  tanganmu  sendiri,  dan  Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”[13]  
“Bersabarlah sampai saya mengikatnya.” Kata Abdullah.
“Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman.”[14] Kata perempuan itu.
‘Abdullah mengikat untanya, seraya berkata kepada perempuan tersebut, “Naiklah.” Perempuan itu pun naik.
Perempuan itu berkata, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[15] Kata perempuan itu.
‘Abdullah memegang tali kekang unta, menunggangi unta dengan cepat sambil berteriak. Perempuan itu berkata, “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan  dan  lunakkanlah  suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”[16] Kata perempuan itu.
‘Abdullah berjalan dengan pelan-pelan sambil melantunkan syair.
Perempuan itu berkata, “Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur'an.”[17]  Kata perempuan itu.
“Saya benar-benar dianugerahi karunia yang banyak.”
“Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”[18] Kata perempuan itu.
Tidak lama kemudian ‘Abdullah bertanya, “Apakah kamu sudah mempunyai suami?”
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu al-Qur'an itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah mema'afkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”[19] Kata perempuan itu.
‘Abdullah diam dan tidak berkata apa-apa lagi, hingga perempuan itu bertemu dengan rombongan.
Setelah bertemu dengan romongan, ‘Abdulah berkata, “Ini rombongan, siapa yang kamu cari dalam rombongan itu?”
Perempuan itu berkata, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
‘Abdullah mengerti bahwa dalam rombongan itu ada anak-anak perempuan yang sedang bersamanya, kemudian ‘Abdullah bertanya, “Apa tugas mereka dalam pelaksanaan haji ini?”
Perempuan itu berkata, “Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.”[20]
‘Abdullah mengetahui bahwa mereka sebagai guide dalam perjalanan, kemudian ‘Abdullah menuju kubah dan bangunan, serya berkata kepada perempuan itu, “Ini adalah kubah. Siapa yang kamu cari di kubah itu?”
“Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”[21]; “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”[22]; “Hai Yahya, ambillah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.”[23] Kata perempuan itu.
‘Abdullah memanggil mereka, “Hai Ibrahim, Musa, dan Yahya.”
Tiba-tiba ada kaum pemuda tampan yang datang menemuinya. Ketika mereka sudah duduk dengan tenang, perempuan itu berkata, “Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu.”[24]
Salah seorang di antara mereka berangkat untuk mencari makanan, kemudian mereka menyajikannya di depan ‘Abdullah bin Mubarak. Perempuan itu berkata, "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”[25]
‘Abdullah berkata kepada mereka, “Makanan kalian haram bagi saya, sebelum kalian memberitahukan kepada saya tentang perihal perempuan itu.”
Mereka berkata, “Ini adalah ibu kami, sejak empat puluh tahun yang lalu, ketika berbicara dia hanya menggunakan ayat-ayat al-Qur’an, karena dia takut tergelincir, yang menyebabkan Allah murka kepadanya.
‘Abdullah berkata, “Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”[26]
Sebagai salam penutup, marilah kita sama-sama memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah Swt., Tuhan semesta alam, dan semoga shalat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.



[1]QS. Yasin: 58
[2]QS. al-Isra’: 1
[3]QS. Maryam: 10
[4]QS. asy-Syu’ara’: 79
[5]QS. al-Baqarah: 187
[6]QS. al-Baqrah: 158
[7]QS. al-Baqarah: 184.
[8]QS. Qaaf: 18
[9]QS. al-Isra’: 36
[10]QS. Yusuf: 92.
[11]QS. al-Baqarah: 197
[12]QS. an-Nur: 30
[13]QS. asy-Syura: 30.
[14]QS. al-Anbiya’: 79.
[15]QS. al-Israa’: 1.
[16]QS. Luqman: 19.
[17]QS. al-Muzzammil: 20.
[18]QS. al-Baqarah: 269.
[19]QS. al-Maidah: 101
[20]QS. an-Nahl: 16.
[21]QS. an-Nisa’: 125.
[22]QS. an-Nisa’: 164.
[23]QS. Maryam: 12.
[24]QS. al-Kahfi: 19.
[25]QS. al-Haqqah: 24.
[26]QS. al-Hadid: 24.
Sumber; 100 Qishshah min Dzakâi ash-Shahâbiyyât, Manshur Abd. Hakim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar