Rabu, 09 November 2011

Ummu Dahdah dan Dagangan yang Beruntung

(63) Ummu Dahdah dan Dagangan yang Beruntung
Ummu Dahdah al-Anshariyah r.a. memberikan contoh yang baik dalam ketaatan kepada Allah dan mencari ridha-Nya, ketika firman Allah turun,
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Baqarah: 245)
Abu Dahdah berkata, “Demi bapak dan ibu saya, ya Rasulullah. Allah mau meminjam kepada kami, padahal Allah tidak memerlukan pinjaman?”
“Dengan pinjaman itu, Allah ingin memasukkan kalian ke surga.” Kata Rasulullah.
“Saya memberikan pinjaman kepada Tuhan saya, yang bisa menjamin saya dan anak saya, Dahdah, masuk surga bersama saya?” Tanya Abu Dahdah.
“Ya,” jawab Rasulullah SAW.
“Ya Rasulullah, berikan tanganmu kepada saya.”
Rasullah SAW memberikan tangannya kepada Abu Dahdah.
Kemudian Abu Dahdah berkata, “Saya mempunyai dua kebun; yang satu ada di bawah dan yang satu lagi ada di atas. Demi Allah, saya tidak mempunyai kekayaan selain kedua kebun tersebut. Saya ingin menjadikan semuanya sebagai pinjaman kepada Allah.”
Rasullah SAW bersabda, “Jadikan salah satunya sebagai pinjaman kepada Allah, dan yang satu lagi jadikan sebagai bekal hidupmu dan keluargamu.”
Abu Dahdah berkata, “Saksikanlah ya Rasulullah, saya menjadikan kebaikan keduanya untuk Allah, di dalamnya terdapat 600 pohon kurma.”
Beliau bersabda, “Kalau begitu, Allah akan memberikan balasan surga kepadamu.”
Abu Dahdah pergi, kemudian menemui istrinya Ummu Dahdah yang sedang bersama anaknya, yang sedang berputar-putar di bawah pohon kurma yang berada di bawah kebun miliknya, seraya Abu Dahdah memberitahukan kepada istrinya tentang apa yang baru saja dia lakukan. Ummu Dahdah berkata, “Daganganmu beruntung. Mudah-mudahan Allah memberikan keberkatanmu dalam barang yang kamu beli.”
Setelah itu Ummu Dahdah menemui anaknya, mengeluarkan apa yang ada dalam mulutnya, dan memuntahkan apa yang ada dalam perutnya, demi mengeluarkan seluruh buah kebun yang dimakan oleh mereka.[1]

(64) Ummu Dahdah dan Kematian Suaminya
Betapa Abu Dahdah sangat berharap agar dia bisa mati syahid dalam jihad fi sabilillah. Impiannya untuk mati syahid benar-benar terkabul pada perang Uhud, ketika dua bala tentara bertempur. Abu Dahdah  bergabung dengan kelompok tentara dari kalangan Anshar, pada hari itu dia mati syahid. Ketika infomasi Abu Dahdah sampai ke telinga istrinya, Ummu Dahdah, dia menerimanya dengan sabar dan membaca Innâlillahi wa Innâ Ilaihi Râji’un.
Setelah itu dia menanyakan keadaan Rasulullah SAW, ternyata beliau baik-baik saja. Mendengar kabar itu Ummu Dahdah sangat senang. Karena bagi dia, musibah apa pun yang terjadi terasa ringan, yang penting Rasulullah SAW selamat.


[1]Kisah ini terdapat dalam kitab-kitab tafsir, seperti Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Qurthubi, dan yang lainnya, dalam menafsirkan firman Allah, “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Baqarah: 245)
Sumber; 100 Qishshah min Dzakâi ash-Shahâbiyyât, Manshur Abd. Hakim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar