Kamis, 23 Juni 2011

TURUNNYA AYAT PERSIS SEPERTI UCAPAN UMAR RA.


TURUNNYA AYAT PERSIS SEPERTI UCAPAN UMAR RA.

    Barangkali hal terpenting yang perlu kita perhatikan dalam kehidupan Umar bin Khaththab ra. adalah kecintaan, keterikatan yang kuat dari beliau terhadap Allah Swt. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian/ketepatan ucapan beliau dengan firman Allah Swt. Jika Umar mengucapkan sepatah kata, maka Allah menurunkan ayat dengan bentuk persis seperti yang diucapkan oleh Umar.
    a. Pada suatu ketika, Umar berkata kepada Rasulullah di saat berada di Masjidil Haram, Mekkah, “Bukankah ini makam Ibrahim? Tidakkah kita jadikan sebagian dari makam Ibrahim ini sebagai mushalla (tempat shalat)?”
    Kemudian turunlah ayat dengan bentuk yang persis dengan yang diucapkan oleh Umar bin Al-Khaththab ra. Ayat itu berbunyi, “Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat.” (QS Al-Baqarah (2):125)
    Ini bukan hanya kesesuaian semata. Namun turunnya ayat ini menunjukkan dikabulkannya permintaan Umar.  Ini juga menunjukkan kecintaan Allah terhadap Umar dan juga membuktikan kebenaran cinta Umar terhadap Allah Swt.
    b.  Di dalam surat Al-Waqi’ah terdapat ayat yang artinya sebagai berikut, “Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,” (QS Al-Waqi’ah (56):10-13). Mendengar ayat ini Umar ra. -yang termasuk golongan orang-orang yang terdahulu dalam masalah keimanan- merasa senang. Namun setelah itu, Umar menangis. Beliau menangisi orang-orang beriman yang datang di masa-masa mendatang. Mereka tidak disebut dalam ayat sebagai orang-orang yang juga memperoleh surga. Setelah itu, turunlah ayat kepada Rasulullah yang berbunyi,  “dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (QS Al-Waqi’ah (56):14)
    Begitulah Umar bin Khaththab ra.. Beliau berbicara dengan lisan yang penuh hikmah, firasat dan perasaan yang benar. (diterjemahkan dari buku Allah Kaifa Nuhibbuhu? Limâdza nuhibbuhu? Hal nuhibbuhu haqqan?, karya Muhammad Ahmad Ghanayim) (arnab)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar