Rabu, 09 November 2011

Raihanah binti Zaid dan Pilihan yang Tepat terhadap Islam

(30) Raihanah binti Zaid dan Pilihan yang Tepat terhadap Islam
Tahun ke-6 hijriyah, dikenal dengan tahun pertolongan Allah kepada orang-orang Islam dalam memenangkan peperangan, dan pertolongan yang menumpaskan Bani Quraizhah, orang-orang Yahudi Madinah, yang mengkhianati dan mengingkari kesepakatan dengan Rasulullah SAW. Raihanah binti Zaid merupakan bagian dari tahanan yang masuk dalam bagian pendapatan perang Rasulullah. Rasulullah memilihnya untuk beliau, akan tetapi dia tidak mau masuk Islam. Kemudian Rasulullah mengasingkannya dan mengirimnya ke rumah seorang sahabat, Ummu Mundzir Salma binti Qais al-Anshariyah. Dia tinggal bersama Ummu Mundzir selama beberapa hari, hingga Rasulullah menyelesaikan urusan dengan Bani Qaraizhah. Di rumah Ummu Mundzir, Raihanah mengingat kaumnya, dan bagaimana prosesi dia meninggalkan mereka menuju orang-orang Islam. Dia juga mengingat bagaimana Rasulullah SAW dalam memenuhi perjanjian. Di rumah itulah, Raihanah banyak tahu tentang Islam. Rasulullah datang memanggilnya, akan tetapi Maimunah bersembunyi karena malu kepada beliau. Rasulullah memanggilnya kembali, kali ini dia baru datang menemui beliau. Rasulullah SAW mengajaknya untuk masuk Islam seraya bersabda, “Jika kamu memilih Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulllah akan memilihmu untuk dirinya sendiri.”
Raihanah berkata, “Saya memilih Allah dan Rasul-Nya.”
Raihanah masuk Islam, lalu Rasulullah melakukan hubungan suami-istri dengan Raihanah di kediaman Ummu Mundzir. Raihanah lebih memilih menjadi salah seorang dayang-dayang Rasulullah, dengan demikian dia menjadi hamba sahaya Rasulullah.
Raihanah meninggal dunia setelah haji wada’, pada tahun ke-10 hijriyah. Rasulullah mengebumikannya di Baqi’, di samping kuburan perempuan-perempuan Ahlul Bait.
Ibnu Sirin rahimahullah menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki bertemu dengan Raihanah pada musim haji, seraya berkata, “Hai Raihanah, Allah tidak rela kamu menjadi Ummul Mukminin.”
Raihanah berkata, “Allah tidak rela kamu menjadi anak saya.”[1]



[1]“Ansâbu al-Asyrâf.”
Sumber; 100 Qishshah min Dzakâi ash-Shahâbiyyât, Manshur Abd. Hakim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar