KHALIFAH MANSUR DAN ORANG CERDIK
Di masa khalifah Mansur hiduplah seorang laki-laki yang pandai. Gubernur di daerah tempat tinggalnya telah merampas hasil bumi miliknya. Oleh karena itu, laki-laki tersebut datang menemui khalifah Mansur. Dia berkata, “Wahai Amirul Mukminin, semoga anda dalam keadaan baik dan penuh kesejahteraan. Bolehkah saya mengutarakan masalah saya secara langsung, ataukah saya harus membuat permisalan terlebih dulu?”
Khalifah Mansur menjawab, “Sepertinya, lebih baik engkau membuat permisalan lebih dulu.”
Laki-laki itu berkata, “Jika seorang anak kecil menghadapi suatu masalah, dia akan pergi menemui ibunya, karena yang ia tahu hanya ibunyalah tempatnya mengadu. Ketika anak itu bertambah besar, dia akan pergi menemui ayahnya. Ketika anak itu sudah dewasa, tentu dia akan mengadukan permasalahannya ke gubernur, karena dia tahu bahwa gubernur itu lebih berkuasa dari ayahnya. Jika akal anak itu semakin tajam, dia akan mengadukan permasalahannya pada sang khalifah, karena dia tahu bahwa khalifah lebih berkuasa dari seorang gubernur. Namun, jika penguasa ini tidak berlaku adil, maka ia akan mengadukan permasalahannya kepada Allah Swt., karena dia mengetahui bahwa Allah lebih berkuasa dari khalifah. Saat ini, saya sedang menghadapi suatu masalah. Tidak ada satupun yang lebih berkuasa dari anda, kecuali Allah. Oleh karena itu, jika engkau tidak berlaku adil, maka permasalahan ini akan saya adukan pada Allah di musim haji. Saya akan pergi menuju rumah-Nya dan mengadu pada-Nya.”
Khalifah Mansur menjawab, “Saya akan berlaku adil padamu.”
Khalifah menulis surat yang ditujukan kepada gubernur laki-laki tadi. Isi suratnya adalah agar gubernur tersebut mengembalikan hasil bumi yang menjadi hak laki-laki itu.
Sang Gubernur telah berlaku zalim, dengan merampas hasil bumi milik orang.
Laki-laki itu menggunakan akalnya untuk melenyapkan kezaliman yang menimpa dirinya. Dia tidak segera bereaksi melawan gubernurnya dengan kekerasan. Ini tidak seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang sekarang. Dia bersabar dan mau menggunakan akalnya, sehingga memperoleh apa yang diinginkannya dan kezaliman atas dirinya lenyap.
Sumber; Min Qishashi Adz-DZalimin, karya MUHAMMAD ABDUH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar