Pada hari sakaratul mautnya yaitu pada hari dibunuhnya, Umar ra, beliau tidak menangisi anak-anak, harta dan kedudukannya. Beliau hanya menangisi dosa-dosa dan kesalahannya.
Malu kalau Tuhan melihatku telah meninggalkan persahabatan dan pengagunganku pada-Mu.
Dia pun berkata, “Andaikan saja ibuku tidak melahirkanku.”
Di saat sedang menangisi dosanya itu, darah beliau terus mengalir.
Para sahabat bertanya, “Ada apa denganmu?”
Beliau menjawab, “Dosa-dosa dan kesalahanku, andaikan saja ibuku tidak melahirkanku, andaikan saja aku sebuah pohon yang kokoh, andaikan saja aku tidak duduk sebagai Khalifah, andaikan saja aku tidak mengetahui kehidupan ini.”
Seperti yang telah diketahui, sebelum memeluk Islam Umar ra., adalah seorang yang amat memusuhi Islam. Di masa jahiliyyah, dia pernah membunuh anak perempuannya dan gemar meminum minuman keras. Tetapi begitu memeluk Islam, dia merupakan sosok orang yang selalu berada di depan membela Islam. Orang yang jujur, tegas dalam kebenaran, amanah, bertakwa, pemberani serta sifat-sifat mukmin lainnya.
Lain lagi ketika Umar ra. menjabat sebagai khalifah. Jasa dan perhatian beliau ra. terhadap rakyatnya amat besar. Berbagai riwayat banyak mengharumi buku-buku sejarah Islam.
Jika kita mencoba membandingkan catatan hitam Umar ra. sebelum Islam dan prestasi gemilang beliau ra. setelah memeluk Islam, tentu kita akan sepakat bahwa jasa dan ganjaran yang diperoleh Umar tentu lebih banyak dibandingkan dosanya. Tetapi, Umar bukanlah tipe seperti itu. Dia tidak sombong, berbangga diri atau merasa puas dengan amal shalih yang telah dilakukannya. Selama hayat masih dikandung badan, dia akan terus berbuat yang terbaik untuk Islam dan umat. Dia sadar bahwa dirinya bukanlah nabi yang ma'shum, yang bersih dari dosa. Oleh karenanya, dia khawatir diantara perbuatannya terdapat dosa yang tidak disadarinya. (arnab) (dikutip dari buku Al-Misk wal ’anbar fii khitabil Minbar, karya ’Aidh Al-Qarni)
Malu kalau Tuhan melihatku telah meninggalkan persahabatan dan pengagunganku pada-Mu.
Dia pun berkata, “Andaikan saja ibuku tidak melahirkanku.”
Di saat sedang menangisi dosanya itu, darah beliau terus mengalir.
Para sahabat bertanya, “Ada apa denganmu?”
Beliau menjawab, “Dosa-dosa dan kesalahanku, andaikan saja ibuku tidak melahirkanku, andaikan saja aku sebuah pohon yang kokoh, andaikan saja aku tidak duduk sebagai Khalifah, andaikan saja aku tidak mengetahui kehidupan ini.”
Seperti yang telah diketahui, sebelum memeluk Islam Umar ra., adalah seorang yang amat memusuhi Islam. Di masa jahiliyyah, dia pernah membunuh anak perempuannya dan gemar meminum minuman keras. Tetapi begitu memeluk Islam, dia merupakan sosok orang yang selalu berada di depan membela Islam. Orang yang jujur, tegas dalam kebenaran, amanah, bertakwa, pemberani serta sifat-sifat mukmin lainnya.
Lain lagi ketika Umar ra. menjabat sebagai khalifah. Jasa dan perhatian beliau ra. terhadap rakyatnya amat besar. Berbagai riwayat banyak mengharumi buku-buku sejarah Islam.
Jika kita mencoba membandingkan catatan hitam Umar ra. sebelum Islam dan prestasi gemilang beliau ra. setelah memeluk Islam, tentu kita akan sepakat bahwa jasa dan ganjaran yang diperoleh Umar tentu lebih banyak dibandingkan dosanya. Tetapi, Umar bukanlah tipe seperti itu. Dia tidak sombong, berbangga diri atau merasa puas dengan amal shalih yang telah dilakukannya. Selama hayat masih dikandung badan, dia akan terus berbuat yang terbaik untuk Islam dan umat. Dia sadar bahwa dirinya bukanlah nabi yang ma'shum, yang bersih dari dosa. Oleh karenanya, dia khawatir diantara perbuatannya terdapat dosa yang tidak disadarinya. (arnab) (dikutip dari buku Al-Misk wal ’anbar fii khitabil Minbar, karya ’Aidh Al-Qarni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar