Empat tahun yang lalu, saya menghadiri acara launching sebuah
situs. Acara ini dimeriahkan oleh Ummi Maktum Voice; sebuah grup vokal
dari Bandung yang hanya terdiri dari dua orang saja. Kang Yayan dan kang
Soleh; keduanya penyandang tuna netra.
Sebelum bernyanyi, kang
Soleh menyampaikan beberapa patah kata. Diantaranya beliau mengenalkan
al-Quran berhuruf Braille. Beliau menjelaskan bahwa 30 juz Al-Qur’an
Braille sama dengan 30 kali lipat ½ rim kertas.
Harga 1 juz Al-Qur'an Braille relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan harga Al-Qur'an yang biasa kita gunakan.
Kang Sholeh berkata, "Melihat kemudahan yang ada pada Al-Qur'an yang biasa bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian gunakan, 'sungguh terlalu' (dengan gaya ucapan Rhoma Irama) bila masih ada orang normal (dapat melihat) yang tidak dapat membaca Al-Qur'an."
Begitulah kesulitan yang dirasakan para penyandang tuna netra dalam membaca Al-Quran.
Malam ini (12 Agustus 2012), saya menyaksikan di salah satu TV swasta,
ustadz Yusuf Mansur memperkenalkan seorang anak idiot bernama Rendi.
Rendi tidak dapat berdiri secara normal, tubuhnya condong selalu ke
belakang.
Namun ada satu yang membuat para hadirin di
Bogor, tempat diadakannya acara merasa terkagum-kagum. Para pembaca
tulisan ini, bila melihat tayangan tadi, juga akan ikut berdecak kagum.
Kagum pada kesungguhannya dalam membaca Al-Quran. Perlu diketahui untuk
membaca Ta’awudz saja (‘Audzu billahi minasy syaithaanir Rajiim), Rendi
perlu perjuangan super ekstra dan cukup memakan waktu yang lama. Tidak
seperti kita yang hanya dalam hitungan detik dapat usai membacanya.
Selanjutnya ustadz Yusuf Mansur memandu Rendi untuk membaca surat
Al-Wa’qiah. Walau Rendi kembali terbata-bata dan bahkan tidak jelas
dalam pengucapannya, namun dia dengan penuh perjuangan mengikuti
tuntunan ustadz Yusuf dalam membaca ayat dari surat Al-Waqi’ah. Usai
ayat pertama, ustadz Yusuf Mansur kembali memandu ayat kedua hingga ayat
keempat.
Subhanallah...Rendi berhasil membaca empat ayat.
Kata Yusuf Mansur, “Untuk membacanya ini, Rendi perlu mengerahkan
seluruh syaraf yang ada di dirinya.”
Yang lebih mengagumkan lagi, Rendi bercita-cita ingin menjadi penghafal Al-Quran.
Moga kisah kang Soleh dan Rendi dapat menggugah kita semua. Aaamiin.
TULISAN INI SEBELUMNYA
TELAH DIPUBLISH DI AKUN FACEBOOK SAYA ATAS NAMA ARYA NOOR AMARSYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar