Rabu, 09 November 2011

Rubayyi’ binti Mu’awwidz dan Ibunya Abu Jahal

(45) Rubayyi’ binti Mu’awwidz dan Ibunya Abu Jahal
Mua’awwidz, bapak kandung Rubayyi’ binti Mu’awwidz termasuk salah satu pembesar pasukan perang Badar, yang ikut serta dalam membunuh musuh Allah, Abu Jahal, pada perang Badar Kubra. Mu’awwidz mengorbankan dirinya dan mati syahid pada perang Badar. Putrinya adalah seorang sahabat perempuan yang terhormat. Suatu ketika, dia pernah bertemu dengan ibunya Abu Jahal, Asma’ binti Mukhrimah, pada masa kepemimpinan ‘Umar bin Khaththab. Asma’ menjual minyak wangi, yang dipasok dari anak kandungnya ‘Abdullah bin Abi Rabi’ah[1] dari negara Yaman. Rubayyi’ binti Mu’awwidz ditemani beberapa perempuan Anshar masuk ke toko Asma’ untuk membeli minyak wangi. Setelah Asma’ meletakkan minyak wangi di botol minyak, Asma’ berkata, “Siapa namamu, akan saya catat.”
Rabi’ berkata, “Ya, tulislah, nama saya Rabi’ Mu’awwidz.”
“Celaka kau! Kamu adalah putri pembunuh tuannya.” Kata Asma’
Rabi’ berkata, “Tidak, saya adalah anaknya, pembunuh hambanya.”
Ibunya Abu Jahal berkata, “Demi Allah, saya tidak akan menjual sesuatu untukmu.”
Rabi’ berkata, “Demi Allah, saya tidak akan membeli sesuatu dari kamu. Demi Allah, minyak ini tidak harum dan tidak berkualitas.” Dia berkata demikian, agar Asma’ marah. Padahal minyak yang jualnya termasuk minyak wangi yang berkualitas.[2]

(46) Rubayyi’ binti Mu’awwidz dan Puasa Hari ‘Asyura’
Disebutkan dalam Shahîhain, diriwayatkan dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz, dia berkata, “Rasulullah SAW pernah mengirim utusan pada pagi hari, tanggal 10 Muharram kepada penduduk desa kaum Anshar, di sekitar Madinah, beliau bersabda, ‘Barangsiapa yang sejak pagi sudah berpuasa maka lanjutkanlah puasanya, dan barangsiapa yang dari pagi hari sudah mengkonsumsi makanan maka berpuasalah hingga sore.’ Sejak hari itu, kami berpuasa ‘Asyura’, dan anak-anak kami yang masih kecil juga berpuasa. Lalu kami pergi ke masjid, kami menyediakan mainan bulu yang diberi cat kepada mereka. Ketika salah seorang di antara mereka ada yang manangis karena minta makanan, kami memberinya ketika sudah tiba waktu berbuka puasa.”


[1]Dia adalah ‘Abdullah bin Rabi’ah, saudara kandung Abu Jahal, dari ibunya.
[2]“Siyaru A’lami an-Nubalâ’,” disebutkan juga di “Thabaqât Ibnu Sa’ad,” dan yang lainnya.
Sumber; 100 Qishshah min Dzakâi ash-Shahâbiyyât, Manshur Abd. Hakim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar