Kamis, 10 November 2011

Putri Penjual Susu dan Ibunya

(93) Putri Penjual Susu dan Ibunya
Disebutkan dalam buku-buku sirah, ketika Amirul Mukminin Umar bin Khaththab memegang tampuk kepemimpinan (khilafah), dia beronda di kota Madinah, tiba-tiba mendengar seorang perempuan berkata kepada anak kandungnya, “Hai anakku, ambillah susu itu, lalu campurlah dengan air.”
“Hai ibu, apakah ibu tidak tahu apa yang diperintahkan oleh Amirul Mukminin, hari ini?” Tanya anaknya.
“Apa yang diperintahkan oleh beliau?” Tanya ibunya.
“Beliau menyuruh juru bicaranya agar tidak mencampur susu dengan air.” Kata anaknya.
“Anakku, campurlah susu itu dengan air, karena saat ini kamu berada di tempat yang tidak dilihat oleh ‘Umar atau juru bicara ‘Umar.”
“Ibu, demi Allah saya tidak akan mematuhi perintah yang menyuruh untuk melakukan tindakan serakah, dan saya akan mengingkari perintah yang menyuruh untuk melakukan penipuan.” Kata anak itu.
Anak itu tidak mau mentaati ibunya untuk melakukan perbuatan maksiat kepada Allah. ‘Umar mendengar semua pembicaraan yang berlangsung antara ibu dan anaknya. ‘Umar berkata kepada temannya, “Lihatlah lokasinya, perhatikan siapa perempuan-perempuan itu, apakah mereka mempunyai kepala rumah tangga?”
Umar baru tahu, bahwa ternyata perempuan itu seorang janda, dan tidak mempunyai suami. Setelah itu, Umar mengumpulkan anak-anaknya. Umar menawarkan anak perempuan itu kepada mereka, akhirnya anak kandungnya, Asim, menikahi anak perempuan tersebut. Dari pernikahan itu, perempuan itu mempunyai anak perempuan, yang kemudian mempunyai keturunan salah satunya ‘Umar bin Abdul Aziz, salah seorang khalifah Umawiyah.[1]


[1]Dikutip dari “Shafwatu Ash-Shafwah,” karya Ibnu al-Jauzi.
Sumber; 100 Qishshah min Dzakâi ash-Shahâbiyyât, Manshur Abd. Hakim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar