Rabu, 09 November 2011

Perempuan yang Mempunyai Dua Ikat pinggang dan Kakeknya Pada Saat Peristiwa Hijrah

(35) Perempuan yang Mempunyai Dua Ikat pinggang dan Kakeknya Pada Saat Peristiwa Hijrah
Perempuan yang dikenal dengan perempuan yang mempunyai dua ikat pinggang itu adalah Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. Dia mempunyai sikap yang agung dalam notulasi sejarah Islam sejak Islam pertama kali datang ke dunia hingga Asma’ wafat. Di antara sikap Asma’ yang masyhur adalah sikapnya sewaktu peristiwa hijrah, ketika Rasulullah datang ke rumah ayah kandung Asma’, Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. pada hari hijrah. Mari kita simak penuturan Asma’ tentang masalah ini, sebagaimana disebutkan dalam buku-buku sirah dan sejarah.
“Ketika Rasulullah SAW keluar, Abu Bakar juga ikut keluar bersama beliau. Abu Bakar membawa seluruh harta miliknya. Abu Bakar pergi bersama Rasulullah SAW. Tiba-tiba kakek saya, Abu Qahafah, yang sudah tidak bisa melihat lagi, menemui saya, seraya berkata, ‘Demi Allah, saya melihat dia (Abu Bakar) meninggalkan kalian dengan membawa seluruh hartanya bersama dia.’”
Asma’ bengisahkan bahwa Asma mengambil beberapa buah kemudian meletakkannya di tempat bapaknya menaruh hartanya di rumahnya. Setelah itu, Asma’ menutupinya dengan baju, lalu mengambil tangan kakeknya. Saya berkata, ‘Wahai kakekku, letakkan tanganmu di atas harta ini.’
Kakek saya meletakkan tangannya seraya berkata, ‘Tidak apa-apa, jika ternyata dia meninggalkan harta sebanyak ini untuk kalian. Dia sudah bertindak bijak.’
Dalam kisah ini terdapat penjelasan bagi para pembaca. Asma’ berakta, ‘Demi Allah, dia tidak meninggalkan apa-apa bagi kami. Saya berkata demikian kepada kakek saya, saya hanya ingin menenangkan dia.’”[1]

(36) Keikutsertaan Asma’ dalam Peristiwa-peristiwa Hijrah
Asma’ binti Abu Bakar ash-Shaddiq ikut serta dalam banyak peristiwa hijrah, dengan mempunyai peran yang cukup penting. Asma’ mempunyai tugas untuk mengantarkan makanan dan minuman kepada Rasulullah SAW dan Abu Bakar, di mana posisi mereka berdua berada di dalam gua. Asma mendatangi mereka dengan membawa makanan. Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa dia cerdik, dia menyembunyikan makanan dan minuman, dengan  menyobek ikat pinggangnya menjadi dua paruh, kemudian diikatkan ke meja makan yang dibawanya. Oleh karena itu, Asma’ disebut dengan perempuan yang mempunyai dua ikat pinggang.[2] Sementara separuh ikat pinggang yang lain, dia fungsikan untuk mengikat bajunya.

(37) Asma’ dan Ketakwaannya
Di antara peristiwa yang menunjukkan pemahaman Asma’ tentang agama yaitu ketika anak kandungnya, Mundzir, datang dari Irak dan mengirimkan baju bekas budak, sementara saat itu mata Asma’ sudah tidak bisa melihat. Asma’ menyentuh baju tersebut dengan tangannya, seraya berkata, “Upss.. kembalikan baju ini kepada Mundzir.”
Setelah baju itu dikembalikan kepada Mundzir, Mundzir berkata kepada utusannya, “Kenapa dikembalikan, dia kan tidak bisa melihat?”
Utusannya berkata, “Meskipun dia tidak bisa melihat, tapi dia bisa mengetahui model baju ini.”
Mundzir terdiam, kemudian dia memberikan baju baru untuk ibunya. Kali ini, dia mau menerimanya seraya berkata, “Nah, seperti ini dong. Kenakan baju ini kepada saya.”

(38) Asma’ dan Anaknya, Abdullah bin Zubair, r.a.
Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddiq r.a., hidup hingga berusia 100 tahun. Dia masih menyaksikan anaknya, ‘Abdullah bin Zubair, ketika memegang tampuk kepemimpin, hingga suatu ketika berselisih pendapat dengan ‘Abdullah bin Malik bin Marwan. Dia mengirim Hajjaj ats-Tsaqafi untuk memeranginya dan menyekapnya di Ka’bah. Sementara orang-orang yang ada di sekitarnya, para pendukungnya, dan para pengikutnya lari lalu menemui ibunya, Asma’, untuk mengadukan peristiwa yang sedang terjadi, dan meminta nasihatnya. Karena mereka mendatangi ‘Abdullah bin Zubair. Jika dia mau menyerah, mereka mau meninggalkannya. Akan tetapi jika dia tidak menyerah, dia akan mencabik-cabik mayatnya setelah berhasil membunuhnya. Asma’ berkata kepada Abdullah, “Wahai anakku, hiduplah dengan terhormat dan matilah dengan mulia. Mereka tidak akan menjadikanmu sebagai tahanan.”
‘Abdullah berkata kepada Asma, “Saya khawatir, jika saya dibunuh, mereka mencabik-cabik saya, dan saya disalib.”
Asma’ berkata, “Hai anakku, senjata itu tidak akan memudharatkan kambing setelah ia disembelih. Hai anakku, ikutlah kata hatimu sembari minta tolong kepada Allah Swt.”[3]


(39) Asma’ dan Hujjaj ats-Tsaqafi
Setelah anaknya, Abdullah bin Zubair terbunuh, dan disalib oleh Hujjaj ast-Tsaqafi, Asma’ menghadapinya dengan sabar. Ketabahan dan kesabaran Asma’ terdengar oleh Hujjaj. Hujjaj mengirim delegasi untuk menemui Asma’ sekaligus memintanya untuk datang menghadap Hujjaj, akan tetapi Asma’ menolak permintaan Hujjaj.
Akhirnya, Hujjaj memilih datang menemui Asma’ seraya berkata, dengan maksud ingin menghibur, “Bagaimana pendapatmu melihat tindakanku menghadapi musuh Allah?”
Asma berkata, “Saya lihat, kamu merusak dunianya, akan tetapi dia telah merusak akhiratmu. Ada yang menginformasikan kepada saya bahwa kamu mengatakan kepada anak saya, ‘Hai anak perempuan yang mempunyai dua ikat pinggang!’ Demi Allah, saya adalah perempuan yang mempunyai dua ikat pinggang. Salah satu ikat pinggang tersebut, saya gunakan untuk membawa makanan Rasulullah dan makanan Abu Bakar, sementara ikat pinggang yang satunya lagi adalah ikat pinggang seorang perempuan yang tidak pernah dilepasnya. Rasulullah pernah bersabda kepada kami, ‘Orang cerdik itu ada yang pendusta ada yang sering membunuh.’ Saya sering melihat pendusta, akan tetapi orang itu sering membunuh, saya tidak pernah melihatnya yang lebih kejam dari kamu ketika membunuh Abdullah.” Kata ‘Asma.
Hujjaj beranjak dan tidak pernah menemui Asma’ lagi.[4]


[1]As-Sîrah an-Nawbawiyyah,” Târîkhu Damasqu wa al-Hâkim. Diriwayatkan oleh Ahmad dkk.
[2]Yang memberikan julukan perempuan yang mempunyai dua ikat pinggang kepada Asma’ adalah Rasulullah SAW.
[3]Tahdzîbul Asmâ’ wa al-Lughât” dengan sedikit perubahan.
[4]HR. Muslim.
Sumber; 100 Qishshah min Dzakâi ash-Shahâbiyyât, Manshur Abd. Hakim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar