Kamis, 23 Juni 2011

UMAR RA. MENJELANG WAFATNYA


UMAR RA. MENJELANG WAFATNYA

    Al-Baihaqi dan perawi lainnya menyebutkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, "Saya menemui Umar bn. Al-Khaththab ra setelah beliau ditusuk pisau oleh musuhnya."
    Saya berkata padanya, "Wahai Amirul Mukminin! Berbahagialah dengan surga yang telah dijanjikan. Engkau memeluk Islam, pada saat masyarakat kafir. Engkau berjihad bersama Rasulullah saw, pada saat masyarakat mengabaikan perintah jihad. Rasulullah saw meninggal dan beliau ridha pada mu. Tidak ada yang berbeda pendapat mengenai kekhalifahan kalian berdua (Abu Bakar dan Umar). Selain itu, engkau dibunuh dan insya Allah akan memperoleh syahid."
    Umar berkata padanya, "Tolong bantulah saya untuk dapat duduk."
    Kemudian saya membantunya untuk dapat duduk. Beliau berkata kembali, "Demi Allah tidak ada yang patut untuk disembah kecuali Dia. Andaikan saya mempunyai emas dan perak, maka niscaya saya akan menebus kegentingan yang akan segera muncul. Orang yang terperdaya adalah orang yang kalian perdaya.
    Ibnu Al-Mubarak di dalam kitab "Az-Zuhud" dan Ibnu Sa'ad di dalam "Tabaqat-nya" menyebutkan bahwa anak beliau yang bernama Abdullah bn. Umar meletakkan kepala ayahnya di pahanya. Pada saat itu Umar bn. Al-Khaththab ra. sedang sakit menjelang wafat. Umar ra. berkata pada anaknya, "Letakkan pipi saya di tanah."
    Ibnu Umar menjawab, "Kepala engkau tidak harus diletakkan di tanah dan juga tidak harus di paha saya."
    Beliau ra. kembali memerintahkan, "Tidak! Letakkan kepala saya di atas tanah!"
    Ibnu Umar berkata, "Bukankah di atas tanah atau di paha saya sama saja.
    Umar kembali memohon, "Letakkan pipi saya di atas tanah."
    Kemudian saya letakkan pipi beliau di atas tanah. Saya mendengar beliau berkata, "Celakalah saya dan celakalah ibu saya, jika Allah tidak memberi saya rahmat. Celakalah saya dan celakalah ibu saya, jika Allah tidak memberi saya ampunan."
    Beliau ra. terus seperti itu, hingga ajalnya tiba.
    Umar ra tidak tertipu dengan perkataan yang diucapkan padanya. Beliau hanya menghendaki agar Allah swt menaruh simpati di saat nafas terakhir. Beliau hanya menginginkan agar Allah mengampuni dosa-dosanya. Beginilah kondisi orang-orang beriman yang mencintai Allah. Mereka takut akan adzab Allah dan mereka sangat mengharapkan rahmat dan ampunan dari-Nya. Semoga Allah swt meridhainya. (arnab) (dikutip dari terjemahan 150 Kisah Orang-Orang Shalih Dan Zuhud Jilid 2 Oleh Mansur Abdul Hakim)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar