Sejarah Para Khalifah: Murad IV, Pendiri Kedua Daulah Utsmaniyah
Minggu, 26 Juni 2011 16:52 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Murad Ahmad atau Murad IV adalah Sultan Turki Utsmani yang memerintah dari 10 September 1623 hingga 9 Februari 1640. Ia terkenl karena perbaikan otoritas negara dan kebrutalan metodenya. Ia anak Sultan Ahmad I dan Kosem yang berdarah Yunani.
Naik tahta melalui sebuah konspirasi, ia menggantikan pamannya, Mustafa I, pada usia 11 tahun. Di masa yang lama, ia berada dalam kendali kerabat-kerabatnya. Pada tahun-tahun pertama pemerintahannya sebaga sultan, ibundanya (Valide Sultane) Kosem, memegang kekuasaan. Negaranya jatuh dalam anarki; serangan Safawid terhadap khilafah yang begitu cepat, pegolakan di Turki Utara dan serbuan Yeniceri ke istana pada 1631 yang membunuh wazir agung.
Murad IV yang takut akan nasib kakaknya, Utsman II, memutuskan untuk menuntut kekuasaannya. Ia mengeluarkan perintah untuk membunuh saudaranya, Beyazid, pada 1635, diikuti oleh eksekusi terhadap dua saudaranya setahun kemudian.
Ia mencoba memberantas korupsi yang telah berkembang semasa pemerintahan sultan terdahulu. Terhadap hal ini ia mengubah sejumlah kebijakan, seperti membatasi pengeluaran tak berguna. Ia juga melarang alkohol, kopi dan tembakau. Ia memerintahkan hukuman mati bagi mereka yang melanggar aturan ini.
Ia akan meronda di jalanan dan kedai seluruh Istanbul dengan berpakaian seperti rakyat biasa di malam hari, menyaksikan penegakan hukuman ini. Jika saat meronda ia menyaksikan prajurit merokok atau mabuk-mabukan, ia akan membunuhnya di tempat. Konon ia sendiri seorang peminum alkohol, walaupun melarangnya.
Secara militer, pemerintahan Murad IV terkenal akan perang terhadap Persia di mana pasukan Turki menaklukan Azerbaijan dan Tabriz. Baghdad takluk pada 1638, setelah mengepungnya. Perjanjian perdamaian ditandatangani pada 1639 (Perjanjian Kasr-i-Shirin) sebelum kematiannya.
Murad IV memerintahkan serbuan terhadap Mesopotamia dan terbukti menjadi panglima perang yang sangat handal. Selama gerakannya ke wilayah itu, ia meredam semua pemberontakan di Anatolia. Akibatnya, banyak nama tempat sekitar yang dinamai menurut namanya.
Sultan Murad IV menderita sakit parah pada 1640. Sakitnya ini sangat mengkhawatirkan dan dikhawatirkan akan membawa kematian. Namun ia berhasil sembuh dari penyakitnya. Setelah itu, ia sakit kembali dan meninggal pada Februari 1640 karena penyakit tulang. Sultan Murad IV memerintah selama 16 tahun 11 bulan.
Saat dia memerintah, kas negara dalam keadaan penuh. Sultan Murad IV dikenal sebagai sosok yang cerdas, pemberani dan memiliki pandangan yang tajam. Dia mampu menumpas kerusakan hingga ke akar-akarnya dan membasmi para pelakunya. Dia diberi gelar sebagai Pendiri Kedua Pemerintahan Utsmani, karena telah berhasil membangkitkannya setelah kejatuhannya. Ia juga berhasil memperbaiki kondisi keuangan.
Sebelum mangkat, ia memerintahkan hukuman mati terhadap adiknya, Ibrahim, yang berarti akan memangkas garis keturunan Turki Utsmani, namun perintah itu tidak dilaksanakan. Ibrahim sendiri adalah satu-satunya lelaki di keluarga kesultanan bila Murad IV meninggal.
Redaktur: cr01
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/06/26/lne638-sejarah-para-khalifah-murad-iv-pendiri-kedua-daulah-utsmaniyah
sumber image:http://history.wisc.edu/sommerville/351/351images/MuradIV.jpg
Minggu, 26 Juni 2011 16:52 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Murad Ahmad atau Murad IV adalah Sultan Turki Utsmani yang memerintah dari 10 September 1623 hingga 9 Februari 1640. Ia terkenl karena perbaikan otoritas negara dan kebrutalan metodenya. Ia anak Sultan Ahmad I dan Kosem yang berdarah Yunani.
Naik tahta melalui sebuah konspirasi, ia menggantikan pamannya, Mustafa I, pada usia 11 tahun. Di masa yang lama, ia berada dalam kendali kerabat-kerabatnya. Pada tahun-tahun pertama pemerintahannya sebaga sultan, ibundanya (Valide Sultane) Kosem, memegang kekuasaan. Negaranya jatuh dalam anarki; serangan Safawid terhadap khilafah yang begitu cepat, pegolakan di Turki Utara dan serbuan Yeniceri ke istana pada 1631 yang membunuh wazir agung.
Murad IV yang takut akan nasib kakaknya, Utsman II, memutuskan untuk menuntut kekuasaannya. Ia mengeluarkan perintah untuk membunuh saudaranya, Beyazid, pada 1635, diikuti oleh eksekusi terhadap dua saudaranya setahun kemudian.
Ia mencoba memberantas korupsi yang telah berkembang semasa pemerintahan sultan terdahulu. Terhadap hal ini ia mengubah sejumlah kebijakan, seperti membatasi pengeluaran tak berguna. Ia juga melarang alkohol, kopi dan tembakau. Ia memerintahkan hukuman mati bagi mereka yang melanggar aturan ini.
Ia akan meronda di jalanan dan kedai seluruh Istanbul dengan berpakaian seperti rakyat biasa di malam hari, menyaksikan penegakan hukuman ini. Jika saat meronda ia menyaksikan prajurit merokok atau mabuk-mabukan, ia akan membunuhnya di tempat. Konon ia sendiri seorang peminum alkohol, walaupun melarangnya.
Secara militer, pemerintahan Murad IV terkenal akan perang terhadap Persia di mana pasukan Turki menaklukan Azerbaijan dan Tabriz. Baghdad takluk pada 1638, setelah mengepungnya. Perjanjian perdamaian ditandatangani pada 1639 (Perjanjian Kasr-i-Shirin) sebelum kematiannya.
Murad IV memerintahkan serbuan terhadap Mesopotamia dan terbukti menjadi panglima perang yang sangat handal. Selama gerakannya ke wilayah itu, ia meredam semua pemberontakan di Anatolia. Akibatnya, banyak nama tempat sekitar yang dinamai menurut namanya.
Sultan Murad IV menderita sakit parah pada 1640. Sakitnya ini sangat mengkhawatirkan dan dikhawatirkan akan membawa kematian. Namun ia berhasil sembuh dari penyakitnya. Setelah itu, ia sakit kembali dan meninggal pada Februari 1640 karena penyakit tulang. Sultan Murad IV memerintah selama 16 tahun 11 bulan.
Saat dia memerintah, kas negara dalam keadaan penuh. Sultan Murad IV dikenal sebagai sosok yang cerdas, pemberani dan memiliki pandangan yang tajam. Dia mampu menumpas kerusakan hingga ke akar-akarnya dan membasmi para pelakunya. Dia diberi gelar sebagai Pendiri Kedua Pemerintahan Utsmani, karena telah berhasil membangkitkannya setelah kejatuhannya. Ia juga berhasil memperbaiki kondisi keuangan.
Sebelum mangkat, ia memerintahkan hukuman mati terhadap adiknya, Ibrahim, yang berarti akan memangkas garis keturunan Turki Utsmani, namun perintah itu tidak dilaksanakan. Ibrahim sendiri adalah satu-satunya lelaki di keluarga kesultanan bila Murad IV meninggal.
Redaktur: cr01
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/06/26/lne638-sejarah-para-khalifah-murad-iv-pendiri-kedua-daulah-utsmaniyah
sumber image:http://history.wisc.edu/sommerville/351/351images/MuradIV.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar